💙 Selamat Membaca💙
Keswhari bangun kesiangan, mungkin karena tadi malam dia tidur hingga lewat tengah malam. Ibu satu anak itu bergegas ke kamar Daru, sepertinya anaknya juga belum bangun.
"Daru." Panggil Keshwari sebelum masuk ke kamar anaknya.
"Daru!" Kali ini Keshwari memanggil tetapi dengan suara yang lebih keras seraya membuka pintu. Benar saja, anaknya itu masih meringkuk di bawah selimut.
"Bangun, Nak. Udah siang!"
"Ya, Bu. Aku udah bangun dari tadi, cuma tidur lagi."
"Lhoh, kenapa?"
"Kepalaku masih pusing, Bu."
Keshwari mendekat dan meraba dahi anaknya. "Agak panas. Obat dari dokter diminum , 'kan, Nak?"
Daru hanya mengangguk.
"Ya sudah, istirahat lagi aja. Ibu siapin sarapan, mau sarapan apa?"
"Apa saja, Bu."
"Oh ya, Ibu belum punya nomor ponsel wali kelasmu, gimana mau minta ijinnya, ya?"
"Sekarang hari minggu, Bu!"
"Astagfirullah, Ibu lupa!" Keshwari berkata sambil menepuk keningnya sendiri.
"Ya udah, kalau begitu Ibu mau masak dulu, ya. Kamu istirahat!" Daru hanya menjawab dengan anggukan.
Sepeninggal ibunya Daru meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, dia sama sekali tidak menyentuh benda sejak kemarin. Dengan posisi setengah duduk anak itu memeriksa ponselnya. Ada beberapa pesan masuk, kebanyakan dari grup kelasnya yang baru. Juga dari beberapa temannya yang berada di Semarang dan ada juga pesan dari gurunya yang membuat anak itu penasaran. Mereka memang sempat bertukar nomor telepon kemaren.
Pak Aji
"Daru, sudah minum obat?"
"Sudah mendingan belum?"Pesan ini dikirimkan semalam, tetapi Daru tidak tahu karena dari kemarin dia tidak membuka ponsel dan walau terlambat, tetapi Daru tetap membalas pesan itu.
"Sudah. Sekarang udah agak mendingan, Pak"
"Tapi kepalanya masih agak pusing"
Selesai mengetik Daru segera mengirimkan balasan, tetapi kemudian dia menyesal dan bermaksud membatalkan atau menghapus pesan itu. Namun terlambat karena pesannya sudah terbaca oleh penerimanya dan terlihat sedang menulis balasan.Pak Aji
"Obatnya jangan lupa di minum, terus istirahat."
"Nanti sore Bapak mampir ke sana."Daru hanya memandang layar ponselnya dan memperhatikan pesan yang barusan gurunya kirim. Dia tidak berniat membalas pesan itu lagi karena takut menganggu. Iseng dia membuka foto profil lelaki itu, ternyata tidak ada foto di sana, hanya gambar pemandangan sawah yang tanaman padinya sedang menguning.
***
Terlalu fokus melihat ponsel, Aji tidak memperhatikan apa yang Bimo ucapkan. Pikirannya tiba-tiba terpecah. Haruskah dia mendatangi Keshwari dan Daru sekarang agar mendapatkan kejelasan?
"Ji!"
"Y-aa?" jawab Aji tergagap
"Kamu kenapa?" tanya Bimo. Reza dan Indra pun ikut menoleh ke arah Aji.
"Ah, tidak apa-apa, ini adikku kirim pesan." Aji menjelaskan.
"Oh, aku kira kenapa." Bimo menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Pertama
RomantikSangaji Prasetya seoarang lelaki yang baru saja menghadapi badai rumah tangga mencoba mencari ketenangan dengan pindah ke luar kota dan mengajar di tempat terpencil. Namun sayang, niatnya menyembuhkah luka malah membuka cerita yang sama sekali tidak...