BAB 1

569 31 16
                                    

Gadis itu mulai terbangun dari tidurnya. Arah pandangannya langsung teralih ke langit-langit kamar yang berwarna putih. Perlahan dia mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian dia melihat lurus ke depan.

Kinan Amelia Yanuar, nama gadis itu. Kamar dengan ukuran yang tidak begitu kecil dan tidak begitu besar, yang dilengkapi fasilitas kamar mandi dalam ini merupakan tempatnya tinggal, selama gadis itu masih menjadi mahasiswi di salah satu kampus di Semarang.

Kinan merasa sedikit aneh dengan dirinya beberapa waktu ke belakang. Gadis itu mulai merasakan rindu dengan Jakarta, tempat yang membesarkannya. Hal itu dia hubungkan dengan kerinduannya pada keluarga, yang memang sudah dua tahun ini belum bisa dia temui secara langsung. Gadis itu hanya bisa memanfaatkan media komunikasi seperti telepon dan video call untuk mengurangi rasa rindunya.

Karena permasalahan Ekonomi keluarganya, Kinan harus berpikir berulang kali jika ingin pulang ke Jakarta. Dia belajar sabar untuk bisa bertemu dengan keluarganya. Dia yakin kalau sabarnya adalah cara Allah SWT mengujinya, agar ketika nantinya mereka bertemu, dia akan merasakan semua sabarnya dibalas dengan cara yang indah.

"Alhamdulillah ...." Kinan berucap setelah selesai berdoa diakhir salat Subuhnya. Dia beranjak bangun setelah selesai melipat mukenanya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya. Kinan menolehkan wajahnya. Pagi-pagi gini, siapa yang ngetok, ya? Pikirnya sembari berjalan menuju ke pintu. "Siapa?" tanya Kinan dari dalam.

"Kin, ada si Andra, tuh. Dia nunggu di bawah," balas seseorang, yang suaranya sudah sangat dikenali oleh gadis itu.

Kinan membukakan pintu, kemudian melihat teman satu indekosnya sedang berdiri di depan pintu kamarnya. "Andra? Ya ampun ... ini masih pagi banget, lho," balasnya.

Anna—nama gadis itu—mengedikkan bahunya tanda tidak tau. "Tapi dia pake training gitu, Kin. Mau ngajak jogging, kali. Lo hari ini nggak ada kelas juga, 'kan?" ucap Anna.

"Eh? Emang nggak ada, sih," kata Kinan.

"Ya udah, mau aja, sih. Lo juga nggak pernah olahraga—sekalian bakar lemak," ledek Anna diakhiri tawa.

"Yee, gue nggak gendut."

Anna tersenyum jail, lalu membalas, "Gue nggak bilang gitu, ya."

"Hm ... gue mau siap-siap dulu. Lo bilangin dia sana," kata Kinan.

"Ogah, ah. Cape banget gue bolak-balik—sekalian lo turun aja. Makanya cepetan," sambung Anna seraya pergi ke kamarnya sendiri yang berada di sebelah kamar Kinan.

Kinan menghela napas pelan, lalu menutup pintu kamarnya. Dia berjalan ke arah lemari kayu berwarna hitam untuk mengambil baju dan celana traning-nya. Gadis itu memilih warna yang gelap. Setelahnya dia bergegas untuk mengganti pakaiannya.

Kinan langsung turun ke bawah untuk menghampiri Andra. Dia langsung melihat laki-laki itu sedang duduk terbungkuk sambil memainkan ponselnya. "Dra," panggil Kinan.

Andra mengangkat wajahnya ketika menyadari keberadaan Kinan. "Eh, Kin—k-kok lo pake training juga?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

"Iya, tadi Anna ngasih tau ... ya gue pikir, boleh juga gue ikutan jogging sama lo," balas Kinan seraya menyunggingkan senyum.

Andra tampak mengusap tengkuknya sambil tersenyum. "Gue emang berniat ngajak lo jogging. Mumpung kita hari ini lo nggak ada kelas," kata Andra.

"Tau aja, lo. Ya udah ayo," balas Kinan.

***

Kedua orang itu tengah berlari-lari kecil menelusuri jalanan yang ada di taman kecil dekat indekos gadis itu. Situasi di taman itu tidak terlalu ramai, mungkin karena sekarang masih hari kerja sehingga tidak banyak orang yang datang untuk melakukan aktivitas seperti mereka.

Epanliebe (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang