Suasana yang terasa tidak asing bagi gadis itu. Saat pertama kali dia melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta, senyum di wajahnya belum juga luntur. Hal itu membuat laki-laki yang berdiri di sebelahnya juga ikut tersenyum.
Salah satu stasiun kereta api di Jakarta pada sore itu tampak ramai. Hal itu terjadi karena para penumpang yang secara bersamaan keluar dari gerbong kereta yang baru sampai beberapa menit lalu.
"Lo udah pesen ojeknya, Kin? Atau mau bareng gue aja? Gue dijemput sama temen—nanti gue minta dia ke rumah lo dulu," kata Andra sambil melihat barang-barang yang Kinan bawa.
"Soalnya bawaan lo lumayan. Jangan naik motor deh," lanjutnya.
"E-eh? Nggak usah, Andra. Lo mah. Gue naik ojek aja. Biar cepet," balas Kinan.
"Beneran?"
"Iyaaa."
Andra pada akhirnya menyerah untuk mengajak Kinan. Lagi pula dia yakin kalau gadis itu tidak akan salah jalan untuk pulang ke rumahnya sendiri. Membayangkan hal itu membuat Andra tertawa kecil.
Kinan sontak menoleh. "Lo kenapa ketawa?" tanya gadis itu bingung.
"A-ah, enggak. Bukan apa-apa," kata Andra, kemudian tersenyum.
"Mencurigakan."
"Hahaha, apaan deh. Ya udah, gue tungguin sampe ojek lo dateng," balas Andra seraya berjalan bersama menuju ke pintu keluar stasiun.
Sesekali Kinan menyalakan ponsel untuk melihat lokasi pengemudi ojek online yang sudah dia pesan. Namun, saat menyadari kalau Andra masih berada di sebelahnya, dia kembali membuka pembicaraan.
"So ... hari ini gue pasti full di rumah karena mau kangen-kangenan. Gimana kalo kita jalannya Sabtu besok aja?" tanya Kinan kepada Andra.
Andra tersenyum kepada gadis itu. "Yang penitng lo puas-puasin dulu, Kin, enoy your time bareng keluarga lo. Jalan sama gue gampang kok," ucapnya.
"Iiih, iya tau, tapi kan lo juga di Jakarta bentar doang. Abis itu langsung ke Bogor, kan? Mumpung kita sama-sama di Jakarta juga, maksudnya," jelas Kinan.
"Ooh—hahaha, gue malah lupa kalo rumah gue di Bogor," balas Andra, menggaruk tengkuknya dan membuat Kinan geleng-geleng kepala.
Selang beberapa detik, ojek online pesanan Kinan akhirnya datang. "Benar dengan Mba Kinan, ya?" tanyanya, sedangkan Kinan menganggukkan kepala sembari menerima helm yang diberikan oleh pengemudi ojek online itu.
"Mas. Bawa motornya hati-hati, ya," kata Andra.
"Siap, Mas. Kalo macet, saya pasti bawa motornya pelan-pelan," jawab pengemudi itu, membuat Kinan dan Andra tertawa kecil.
Andra melihat Kinan yang tampak kesulitan memasang pengait helm sehingga laki-laki itu langsung mendekati Kinan untuk membantunya. "Kalo Abang ojeknya ngebut, jangan takut buat negur. Gue kan nggak bisa bantuin negur," kata Andra diakhiri senyum.
Kinan sedikit terkejut karena ketika Andra mengatakan hal itu, jarak pandangan dengan wajah Andra cukup dekat. Untung saja Andra mengatakannya tidak sambil melihat ke arahnya. Karena kalau sampai kejadiannya seperti itu, Andra bisa melihat semburat merah yang muncul di pipi Kinan dengan sangat jelas.
"M-makasih, Dra," ucap Kinan setelah Andra selesai membantunya.
"Sama-sama. Titip salam buat keluarga lo, ya," kata Andra, kembali tersenyum.
"Pasti."
***
Selama perjalanan menuju ke rumah. Kinan tidak henti-hentinya tersenyum. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya karena sebentar lagi Kinan bisa bertemu kembali dengan keluarganya. Gadis itu tidak sabar untuk memeluk mereka dengan sangat erat sebagai cara terbaik menebus rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epanliebe (TAMAT)
Teen FictionBlurb . "Kisah tentang kita yang dulu dan kita yang sekarang." . Waktu telah mengubah perjalanan gadis itu menjadi sosok perempuan yang kuat dan penuh rasa tanggung jawab dengan pilihannya. Sudah tidak ada lagi dia yang dulu. Dia tidak akan luluh de...