BAB 19

29 4 7
                                    

Setelah status keduanya berubah menjadi sepasang kekasih. Evan menyetujui keinginan Kinan untuk tetap bersikap biasa saja selama mereka berada di sekolah. Sebenarnya, gadis itu hanya ingin menyembunyikan hubungan mereka di depan keluarganya. Kinan tidak tahu apa yang akan terjadi bila kedua orang tuanya tahu kalau dia berpacaran.

"Jadi nggak ada jemput dan pulang bareng? Nggak seru, dong."

"Emangnya sekarang gue lagi di mana? Duduk di jok motor lo," kata Kinan.

Untuk pertama kalinya gadis itu berangkat bersama Evan—bukan lagi sebagai musuh atau sekadar teman, tapi sebagai pasangan kekasih. Kinan meletakkan kedua tangan di pundak laki-laki itu.

"Y-ya ... gue emang jemput elo, tapi nunggu di depan gerbang kompleks."

"Tuh tau," ucap Kinan, "nggak usah banyak nuntut. Lo juga setuju kalo kita nggak perlu ngumbar status kita, kan?"

"Iya-iya. Gue ikut Kinasih aja."

"Evan!"

Evan terkekeh geli seraya menyentuh tangan Kinan, menurunkannya hingga pinggang. "Pegangan tuh di sini," ucapnya.

Kinan tidak bersuara. Dia cukup terkejut dengan sentuhan itu. Sekarang, Kinan sedang berusaha untuk tetap terlihat tenang. Walau nyatanya Evan masih bisa melihat wajah gadis itu melalui kaca spion.

"Kin."

"I-iya?"

"Gue bakalan ngelakuin apa pun biar lo bahagia."

Gadis itu terdiam setelah mendengar ucapan Evan. Hatinya tersentuh. Sebenarnya gadis itu masih bertanya-tanpa alasan Evan berubah. Seseorang yang sebelumnya hanya memberinya rasa kesal, tapi sekarang justru ingin membuatnya bahagia?

"Makasih banyak, Van, tapi maaf," kata Kinan.

Evan sedikit menoleh. "Maaf untuk apa?"

"M-maaf karena gue nggak bisa janjiin hal yang sama. Mungkin belom?" jawab Kinan seraya tersenyum kepada Evan.

"Ya ampun. Lo bikin gue panik aja," kata Evan diakhiri kekehan geli.

"Ih. Emangnya lucu?"

"Iya. Lo yang lucu."

Kinan memutar bola matanya. "Awas ya, kalo lo gombalin gue kayak gitu di sekolah."

"Ih. Emangnya kenapa?" tanya Evan, mengikuti nada bicara Kinan beberapa detik lalu.

"Ck. Nyebelin banget," kata Kinan seraya menjauhkan tangannya dari pinggang Evan.

Tidak ada lagi pembicaraan sampai motor Evan akhirnya sampai di sekolah. Dia lebih dulu menurunkan Kinan karena gadis itu tidak mau murid-murid lain melihat mereka berangkat bersama.

"Gue masuk duluan. Makasih udah dianter," ucap Kinan.

"Iya. Sama-sama. Nggak usah bilang makasih juga, kali. Tujuan kita juga sama, kan?"

***

Evan memarkir motornya di sela-sela tempat yang tersedia. Pagi ini area parkir belum penuh dengan kendaraan milik para siswa, jadi laki-laki itu bisa memilih tempat di mana saja.

"Sabar-sabar, Van. Lo harus nurutin permintaan dia. Jangan sampe lo diputusin deh," ucapnya kepada diri sendiri.

"Diputusin?"

Sebuah suara dari belakang berhasil membuat Evan terkejut. Dia melihat kehadiran Egi dan Enda di belakangnya. Laki-laki itu tidak tahu bisa berbohong sejauh apa kepada mereka. Namun, Evan lebih memilih untuk pergi dan menghindari pertanyaan dari kedua temannya.

Epanliebe (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang