BAB 15

32 3 5
                                    

Satu koper kecil dan ransel sudah dia taruh di atas kasur. Sekarang gadis itu masih sibuk memilih pakaian yang akan dia kenakan selama perjalanan hari ini. "Ya ampun, Kin. Lo milih baju aja pake pusing segala," ucap seseorang yang sedari tadi berdiri di sebelah lemari.

"Gue bingung, An."

"Sini pegangan."

Kinan melihat tangan Anna yang terulur ke arahnya, lalu melihat gadis itu dengan raut wajah sebal. "Gue nggak bercanda," balasnya.

"Ya gue juga," kata Anna, "lagian lo cuma mau naik kereta ke Jakarta, Kinan, bukan pesawat ke Belanda."

"Ck. Iya-iya," balas Kinan seraya mengambil satu kaus hitam bergambar dan celana.

"Tuh kan. Akhir-akhirnya juga pake kaos aja."

"Berisik. Lo ngapain pake ke sini segala, sih? Lo bukannya mau ke kampus? Mandi, An. Malah di sini," omel Kinan.

Anna tersenyum kepada Kinan. "Gue berangkatnya nanti, abis lo sama Andra caw. Gue kan mau mengantar temen kesayangan gue pergi. Huhuhu, sedih banget deh," katanya, lantas memeluk tubuh Kinan.

"Astaga ... pake peluk-peluk segala."

"Ck. Ngomel mulu dah."

"Ya udah. Gue mau ganti baju dulu. Si Andra soalnya bilang udah otw ke sini," lanjut Kinan seraya melangkah masuk ke kamar mandi.

Saat Kinan sedang berada di kamar mandi, ponsel gadis itu berbunyi. Anna kemudian melihat pemilik nama yang muncul di layar ponselnya. "Kin! Ada yang nelepon, nih," panggil Anna.

"Kalo Andra. Bilang aja gue udah mau siap."

"B-bukan Andra, Kin. Namanya Arfan—bukannya dia adek lo, ya?"

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Kinan yang sekarang sudah berganti pakaian langsung mengambil ponsel itu. "Astaga ... beneran si Arfan," kata Kinan, "dia ngapain, coba, nelepon pagi-pagi gini."

"Kangen, kali."

"Ya kan gue udah mau ke Jakarta."

"Jadi lo bilang ke keluarga lo kalo mau ke Jakarta? Gue kira lo mau ngasih surprise," tanya Anna dengan sedikit bingung.

"Gue emang mau ngasih surprise. Makanya sekarang gue bingung mau ngangkat atau enggak. Gue susah boong kalo diajak ngomong sama Arfan. Nanti malah ketauan, lagi," kata Kinan.

"Ya nggak usah diangkat. Ribet banget hidup lo, Kin."

"E-eh? Iya juga, sih," ucap Kinan seraya meletakkan ponselnya kembali, membiarkan panggilan telepon sang adik mati dengan sendirinya.

"Cape deh."

Kinan hanya tersenyum tidak jelas seraya mengecek kembali barang-barangnya. Gadis itu kemudian melihat Anna yang sekarang berdiri di sebelahnya. "Eh, Kin. Kira-kira bakalan ada kejadian apa, ya, pas lo di Jakarta nanti?" tanya Anna.

"Maksud lo apa?" Kinan terlihat tidak mengerti.

"Ya nggak tau. Kan lo udah lama, nih, nggak ke Jakarta. Siapa tau aja ada apa, gitu ... pokoknya kalo ada sesuatu yang wow, lo harus ceritain ke gue, ya!" ucap Anna dengan sangat antusias.

Namun, hal berbeda justru diperlihatkan oleh Kinan. Gadis itu memikirkan kalau nanti benar aka nada kejadian yang luar biasa. Rasanya Kinan akan mundur dan bersembunyi karena tidak mampu menghadapinya.

***

Salah satu stasiun kereta yang ada di Semarang pada pagi hari ini terlihat ramai. Kinan yang memang sudah lama tidak datang ke sana, terlihat sangat takjub. Bahkan gadis itu tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya saat Andra masih terus berdiri di sebelahnya.

Epanliebe (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang