4 | Hi 2018 !

22 7 2
                                    

Manusia-manusia salju terlihat berada di sepanjang jalan. Hari berganti hingga tak terasa tahun 2017 akan segera berakhir. Mendekati tahun baru, salju semakin banyak turun dan mulai menutupi pekarangan rumah. 

"Berhenti mengejarku seungmo!"

Sang empu yang tengah mengejar jeongin hanya tertawa jahil melempari bola salju kearah sang sahabat. Menghabiskan akhir tahun dengan bermain salju akan menjadi kenangan baik untuk keduanya.

"Jeong! ayo kembali. aku lelah."

"Siapa suruh mengejarku. Ayo masuk rumah, aku akan membuat susu cokelat hangat."

keduanya duduk bersama dengan selimut diantaranya. Tahun akan segera berganti, namun jeongin tetap disini. Tanpa ayah apalagi ibunya. Sibuk melamun membuatnya tidak sadar akan panggilan seungmin. 

"Jangan melamun terus. Nanti tuhan tidak akan memberikanmu hadiah natal." 

"Aku sudah mendapatkan hadiah natal kok." 

"Benarkah? cepat sekali. Memangnya apa yang kamu dapatkan?" 

"Kamu. Kim Seungmin adalah hadiah natal yang palingg indah.." 

Seungmin mengacak rambut jeongin asal. Jeongin hanya bercanda menggoda seungmin. meskipun hanya candaan manis, seungmin menyukainya. Dua orang sahabat yang terkadang bersifat seperti anak kecil tapi juga dewasa. Contohnya seperti sekarang ini, setelah saling menjahili, seungmin mulai berbicara serius padanya. 

"Jeongin. Tahun lalu aku pernah bertanya padamu. Apa keinginanmu di tahun ini, tapi kamu tidak menjawab pertanyaanku. Sekarang aku ingin kamu menjawabnya dengan jujur. Apa keinginanmu di tahun 2018 nanti?" tanya Seungmin dengan lembut.

"Keinginanku ya? Aku sebenarnya sangat malas untuk memikirkannya. Toh, apa yang kuinginkan tak pernah kudapatkan. Tapi kali ini aku ingin hal yang paling sederhana saja." ucap Jeongin tanpa menatap sahabatnya. 

Seungmin diam menanti kelanjutan ucapan jeongin. 

"Aku ingin tuhan mengirimkan seseorang yang bisa menemaniku di rumah ini. Selain dirimu tentunya.." kata Jeongin melanjutkan. 

Seungmin tersenyum senang. Ia menyenggol bahu kiri Jeongin dan menyemangatinya. 

"Tahun baru. Jeongin baru. Teman baru untuk Jeongin. Tapi ingat jangan melupakanku jika kamu mendapatkan teman baru.. atau kekasih baru? ahahaha.." 


| Until We Meet Again | 


Langit malam semakin terlihat indah karena kembang api mulai diluncurkan tepat pergantian tahun baru. Jeongin menatap langit malam dengan duduk di teras rumahnya. Hingga seekor kucing kembali datang menghampiri dirinya. Sejak memasuki bulan Desember ada banyak sekali kucing yang datang ke rumahnya. 

Awalnya Jeongin tidak suka. Tapi ia juga tidak tega jika mengusir kucing-kucing itu. Jeongin pergi masuk kedalam rumahnya dan kembali dengan sebuah kaleng makanan untuk si kucing. Kucing itu makan dengan lahap sembari duduk di samping jeongin.

Jeongin menggeser tubuhnya menjauhi si kucing. Menjaga jarak takut jika nanti diserang tiba-tiba. Ia tersenyum sesaat.

"Selamat tahun baru Jeongin. Selamat tahun baru kucing." ucapnya. 

|   Hi 2018 !   | 


Januari 2018. 

Pagi yang cerah menyambut Jeongin dari bangun tidurnya. Ia harus kembali bersemangat dengan tahun baru dan berharap akan ada banyak hal baik terjadi di tahun ini. Seperti rutinitas biasanya, Jeongin membersihkan seisi rumah, memasak sarapan, dan membeli kebutuhan. 

Suatu rutinitas baru baginya adalah membeli makanan kucing. Jeongin ingin menjadi orang yang lebih baik lagi seperti Seungmin. Ia akan menyisakan uang yang diberikan ayahnya untuk memberikan makanan pada kucing di sekitar rumah.

"Meowwng... nghh.." 

"Selamat pagi! ini sarapanmu. Sampai jumpa nanti." 

Ia berjalan pagi sesekali berhenti di beberapa tempat untuk memberikan kucing makanan. Tapi ketika ia akan kembali ke belakang, ia terkejut dengan makanan yang baru saja ia letakkan jadi berantakan.

"Astaga, apakah kalian sangat kelaparan sampai harus membuat kekacauan disini. Jika ada tetangga yang melihatnya, nanti aku akan diomeli." oceh jeongin. 

jeongin kembali menuangkan makanan kucing disana.Setelahnya ia kembali ke rumah. Namun baru saja awal tahun, ia sudah merasakan aura tidak baik di depannya. 

"darimana saja kamu?" 

"ibu." 


Keduanya duduk berhadapan di ruang tamu. Kehadiran seseorang yang setelah bertahun tahun tidak menemuinya membuat Jeongin menjadi diam seribu bahasa. Jeongin sesekali melirik ibunya yang sibuk memperhatikan seisi rumah. Tatapan tajamnya dan tidak sukanya terlihat jelas di lirikan Jeongin. 

"Kenapa ibu datang kemari?"

"Memangnya aku tidak boleh melihat rumah yang kamu tinggali sekarang? Ayahmu baik juga memberikanmu semua fasilitas ini. Kamu terlihat bahagia sekali tinggal sendirian disini."

"tidak juga."

Padahal sekarang udara masih sangat dingin namun aura panas menguar diantara ibu dan anak itu. Sang ibu mendengus tidak suka setiap melihat wajah anak darah dagingnya sendiri. 

"Jika ibu sudah selesai melihatnya, ibu bisa pergi menemui ayah sekarang." kata Jeongin sedikit kasar. 

"Dasar anak tidak sopan. Begitukah cara ayahmu mendidikmu?" kata ibunya yang tidak ingin kalah. 

"Ibu tidak pernah menemuiku disini. Ibu bahkan tidak pernah mencariku. Apa yang ibu inginkan sebenarnya?" 

Ibu Jeongin bangkit berdiri dan berjalan kearah teras rumah Jeongin. Ia membuka pintu teras dan membuat udara diluar rumah masuk menyerang kulitnya. Sang ibu melihat kesekeliling rumah hingga matanya menangkap seekor kucing di dekat kakinya.

Dengan kasar ia mengangkat kucing itu membuat Jeongin semakin tidak senang. 

"Ngeeonggh.. Meow..." 

"turunkan dia bu! Jangan terlalu kasar padanya." 

Sang ibu tersenyum sinis. ia membungkukkan tubuhnya untuk meletakkan kucing itu kembali, namun ia malah melempar kucing itu. Untungnya si kucing sangat lincah sehingga ia dapat mendarat dengan selamat. Jeongin mengepalkan tangannya. 

"ada apa dengan dirimu yang sekarang? Kenapa kamu jadi lemah seperti ini? Jangan terlalu berlebihan hanya karena mereka hewan. Oh iya, apakah itu artinya kamu sudah tidak takut dengan mereka?" ucap sang ibu sembari berjalan pergi ke pintu rumah.

Jeongin merasa bersalah. Namun ia sendiri tidak mengerti kenapa ia jadi lebih perhatian pada hewan itu. Sebelum suara pintu rumahnya tertutup ia dapat mendengar ucapan terakhir ibunya.

"Sampai jumpa nanti. Aku pasti akan kembali lagi." 

| Until We Meet Again | 

awal tahun yang tidak begitu baik

🦁

Until we meet again | Yang Jeongin [ √ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang