Jeongin membuka kedua matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali hingga kesadarannya terkumpul. Pemandangannya kini bukanlah boneka rubah yang biasa menemaninya, tapi seekor anak anjing yang masih terlelap terjun di dalam mimpinya.
Jeongin tak mengira akan ada sosok lain yang tidur di dalam kamarnya. Tengah malam ia mencari selimut hangat untuk dijadikan alas tidur umo. Umo menurut pada jeongin dengan tidur disana. Tapi ternyata umo hanya berpura-pura tidur dan diam-diam berjalan masuk ke dalam kamar Jeongin.
Jeongin tidak ingin umo tidur di tempat tidur yang sama dengannya. Tapi mau bagaimana lagi, terlalu menggemaskan untuk diusir. Jeongin mengelus tubuh kecil itu. ia tertawa melihat ekor umo bergoyang tanda ia menyukainya. Ia tidak bisa berbohong jika menyukai usapan lembut tuannya.
Tuan ya? waktu berlalu begitu cepat. Tak menunggu waktu lama untuk keduanya dekat. Panggilan tuan dan majikan cukup cepat digunakan oleh umo. sejak awal umo dibawa oleh jeongin kedalam rumahnya. Umo sudah jatuh hati pada jeongin. Menjadikan jeongin sebagai tuannya sebelum ia sendiri memiliki nama.
"Selamat pagi umo." sapa jeongin.
"guk! guk! Tuan aku sudah bangun. Ayo main! ayo main!"
Jeongin membersihkan kamarnya sebelum memberikan umo makanan. Menunggu umo menyelesaikan makanannya, membersihkan telapak tangan dan kaki umo, dan sekarang ia sedang bermain di halaman belakang rumahnya.
"Umo! umo! ambil bolanya."
"wough! wough! aku ambil! aku ambil!"
"ahahaha. pintarr! Kamu lincah sekali ya."
Jeongin mengelus puncak kepala umo membuat ekornya bergoyang kesenangan. Keduanya bermain cukup lama hingga matahari kini berada di puncak kepala. Keduanya menghabiskan waktu bersama sebagai salah satu pendekatan.
Panas teriknya matahari membuat Jeongin pergi membeli es krim ditemani umo. Satu cup es krim rasa vanilla untuk keduanya. Jeongin menyuapi umo es krim.
"Apakah kamu menyukainya? sebenarnya aku lebih suka rasa cokelat, tapi kamu tidak boleh makan cokelat."
"hghh.. guk! tidak apa tuan. aku suka ini!"
Keduanya sedang duduk di seberang mini market tepatnya pinggir jalan. Banyak orang berlalu lalang disana memperhatikan interaksi keduanya. Ada yang memekik gemas dan ada yang berbalik arah menggunakan jalan lain untuk menghindari anjingnya.
Umo berhenti menjilat es krimnya. Hidungnya mengendus ke jalanan mencium bau yang ia kenal. Dari arah samping ia melihat seekor anjing betina dengan tali di lehernya sedang berjalan bersama majikannya.
"GUK! GUK!"
"hei, tenanglah. mereka tidak jahat."
"Grrrrr.. guk!!"
Dia, majikan dan anjingnya yang akan berjalan melewati mereka menatap takut kearah umo. Jeongin tersenyum kikuk membawa umo pergi. Umo masih mengonggong kearah mereka hingga sudah cukup jauh suaranya memelan.
"Kenapa kamu marah umo? Kamu tidak boleh begitu, mereka tidak jahat. Mereka hanya berjalan saja."
"Hnggh.. aku tidak suka mereka!"
Umo membuang mukanya enggan menatap Jeongin. Jeongin menghela nafas. Ia harus mengajari umo untuk bersikap yang baik saat ada orang lain. Ia tidak ingin masa lalunya terulang, umo tumbuh menjadi anjing besar yang galak dan suka menggigit orang.
"Ayo pulang. Kita bermain di rumah saja."
| Until We Meet Again |
Jeongin memejamkan matanya. Menghembuskan nafasnya berulang kali. Umo masih mengambek dengan jeongin. ia tidak suka dimarahi.
"Umo.. kamu masih marah padaku?" tanya Jeongin dengan nada manja.
astaga ada apa denganmu Yang Jeongin? kemana jeongin yang dingin dan menyeramkan itu? ia rela bersikap manja untuk menarik perhatian umo. usahanya tidak sia-sia, umo menatap jeongin dengan sedih.
"persis seperti anak-anak." gumam jeongin dalam hatinya.
jeongin membuka tangannya menyuruh umo mendekat. umo mengubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap. ia menatap jeongin dengan puppy eyes nya.
"aku ingin kamu menjaga sikapmu saat kita diluar rumah. kamu tidak boleh marah tanpa sebab seperti tadi. terutama menggigit, aku tidak mau kamu menggigit orang. kamu mengerti?"
"nggh.. ngg.. kenapa aku tidak boleh menggigit? aku mau!"
Jeongin mencoba memahami umo. Jeongin menarik lengan pakaiannya dan menunjukkan bekas luka di lengannya. Umo berdiri dan menjilat bekas luka jeongin.
"guk! gukk! siapa yang membuat luka ini? dimana dia? dimana dia?"
jeongin tersenyum.
"tidak apa umo.. ini luka lama. aku yang tidak hati-hati menjaga diriku, sehingga seekor anjing bisa melukaiku."
umo menjilat wajah jeongin. jeongin merasakan keamanan berada di sekitar umo. seakan ada yang menjaganya.
"itulah kenapa aku memberitahumu untuk tidak marah pada orang lain tanpa sebab, jangan menggigit juga, aku tidak ingin umo melukai orang lain. mengerti?"
"wough! woughh!"
"aku akan menjaga tuanku dan tidak akan melukai orang lain!"
| Until We Meet Again |
promise me yea?
🦁
KAMU SEDANG MEMBACA
Until we meet again | Yang Jeongin [ √ ]
FanfictionKurasa kehidupanku adalah kehidupan yang paling membosankan diantara lautan manusia diluar sana. Aku menyukai diriku apa adanya, aku yang tidak memiliki banyak teman, dan aku yang sudah terbiasa dengan kesendirian ini. Namun tuhan mempertemukanku d...