Jika kemarin adalah bagian dari masa yang sudah berlalu, maka sekarang adalah proses untuk masa yang akan datang.
| Life is... errorr..zzzzzzzzzzzzz |
Masa sekarang dan kedepannya akan menggunakan sudut pandang Yang Jeongin. Pemeran utama itu sendiri.
Kubuka kedua mataku. Mengerjabkan mataku berkali-kali untuk membiasakan diri dengan cahaya. Apakah aku baru saja bangun dari tidur panjangku? Sudah berapa lama aku tertidur?
Tiba-tiba saja dari arah samping aku merasakan air yang lengket menempel diwajahku. Kutolehkan kepalaku untuk melihat sosok itu. Dia adalah Umo. Anak anjing yang kurawat 2 bulan lalu.
Waktu berjalan cepat, aku tak menyangka tubuh umo dapat tumbuh dengan cepat. Kaki dan tangannya lebih tinggi, begitupula tubuhnya memanjang.
"Guk! Guk!"
"Selamat pagi Umo! Ayo sarapan." ajakku berdiri dan beranjak dari tempat tidur.
Aku mulai menyiapkan makanan umo. Setelah memberikan makanannya, kuelus tubuhnya dan kuperhatikan wajah gemasnya saat makan. Jika umo sedang makan, ia tidak akan mempedulikan sekitarnya.
"Makananku nomor satu! Tuanku nomor dua! Wough!"
Aku tersenyum. Aku sudah melangkah sejauh ini tuk menyembuhkan masa laluku. Aku sudah tidak merasa takut dengan hewan sejenis umo. Tidak semuanya jahat, begitu pikirku.
Beberapa minggu berlalu juga setelah kejadian dimana umo melukai ayahku. Aku memang khawatir, sangat khawatir, tapi aku tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan umo.
Aku juga tidak sanggup mengomeli dia yang selalu memasang wajah anak anjingnya dengan puppy eyes. Aku tidak kuat. Kenapa dia sangat menggemaskan?
"Umo. Hari ini ayo temani aku di halaman belakang! Kamu tidak boleh meninggalkanku seperti kemarin. Kamu itu suka sekali dengan tikus ya."
Kemarin aku sedang membersihkan halaman belakang ditemani umo. Tiba-tiba saja dari sudut rumah ada seekor tikus berjalan didepan umo. Aku sangat kelimpungan menghentikkan umo yang terus berlari kesana kemari.
Bahkan aku sampai mendapatkan teguran karena hanya rumahkulah yang paling berisik. Apakah aku marah? Tentu saja tidak. Lagipula umo jadi lebih aktif bermain dengan tikus itu.
Aku selalu menyempatkan waktuku untuk bermain dengan umo. Entahlah, diriku ini merasa tidak enak jika sibuk sendirian dan tidak menemaninya.
Aku berharap umo merasa ikut senang dan merasa cukup bersama denganku. Namun, jika aku melihat wajahnya. Kurasa ia bahagia.
Senyumannya, bagaimana ia menunjukkan gigi-gigi putih itu. Persis seperti anak kecil yang senang bermain. Aku ikut merasa bahagia dengan wajah itu.
Mari nikmati masa-masa ini bersama dengan umo dan kalian.
Tapi janganlah mengeluh jika akan ada saatnya kamu berada dititik bawah. Aku pernah mengeluh, bahkan sekarang pun aku mengeluh.
"Aku terlalu takut untuk bahagia karena setelah aku merasa bahagia, aku akan kembali merasa kesedihan. Aku akan kembali kecewa dan marah."
Ketika tuhan mengizinkan aku untuk berbahagia dengan umo. Menghabiskan waktu dengannya. Tuhan juga kembali menguji diriku. Kini ibuku, wanita yang sudah melahirkan ku kedunia, datang ke rumah.
"Hai ibu. Bagaimana kabar ibu? Ibu ingin minum?" tanyaku menawarkan.
Ibuku tertawa meremehkan. Ia kembali berjalan melewatiku dan duduk diruang tamu. Umo diam memperhatikan dengan ekor berdiri tegang waspada jika ada bahaya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until we meet again | Yang Jeongin [ √ ]
FanfictionKurasa kehidupanku adalah kehidupan yang paling membosankan diantara lautan manusia diluar sana. Aku menyukai diriku apa adanya, aku yang tidak memiliki banyak teman, dan aku yang sudah terbiasa dengan kesendirian ini. Namun tuhan mempertemukanku d...