07 Februari 2022
Percayakah kalian dengan waktu yang dapat menyembuhkan luka? Aku percaya dengan kalimat itu, namun hati tak bisa berbohong.
Rasa kecewa, rasa sedih, amarah mungkin masih membekas dan tidak akan hilang. Tapi jika kalian percaya dengan waktu dan diri kalian sendiri, maka kalian.. luar biasa!
Iya Jeongin. Yang Jeongin.
Awal bulan Februari menjadi awal yang tidak begitu baik. Terkadang ada saatnya ia berada diatas, namun ada kalanya ia terjatuh dan merasa mentalnya dilatih kembali.
"Umo! Tangkap talinya!" perintah Jeongin melempar tali berwarna hitam putih sejauh mungkin.
Waktu mengembalikan suasana keduanya seperti dulu.
"Kerja bagus! Anak pintar.. siapa yang mengajarimu? Tentu saja aku!" ucapnya.
Waktu mengembalikan suasana hatinya yang menjadi lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya.
Tapi, waktu juga mempertemukan anak dan ayah yang sempat tidak bertemu sejak saat itu.
Jeongin sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kedatangan ayahnya ataupun ibunya yang secara tiba-tiba. Buktinya sekarang sang ayah sudah berdiri didepan pintu rumahnya dengan pakaian formal.
"Jeongin, ayah ingin mengajakmu jalan-jalan. Ayah harap kamu tidak menolaknya." ajak ayah jeongin sembari tersenyum penuh harap.
Jeongin melirik umo. Keduanya saling bertatapan.
"Grrr.. jangan sampai bapak ini menyakiti tuanku. Aku tidak suka tuanku menangis."
"Umo, tidak boleh nakal. Jangan khawatir."
"Aku tidak percaya dengan orang ini. Nanti tuan marah lagi padaku. Grrhh.."
"Janji deh! Aku tidak akan marah padamu. Aku juga tidak bisa menolak ayah yang sudah jauh-jauh datang kemari kan..."
Seperti dalam film kartun dengan animasi petir menyambar diantara dua insan yang sedang beradu mulut.
Ayah Jeongin menatap keduanya bingung. Ia hanya diam, menunggu, sesekali berdeham agar suasana tidak jadi canggung.
"Baiklah. Tapi, izinkan aku membawa umo juga. Dia suka jalan-jalan." balas Jeongin dengan sedikit bersemangat.
Ayah Jeongin menaikkan sudut bibirnya senang. Ia menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Hari itu, Jeongin tidak menyangka akan satu mobil dengan ayahnya. Setelah bertahun-tahun berlalu, ini adalah suasana tercanggung yang pernah ia rasakan.
Duduk berdua dengan ayahnya ditemani suara penyair radio yang sedang bercerita. Jeongin diam menatap jalanan. Ayahnya sibuk menyetir sekaligus gugup karena ditatap tajam oleh umo disampingnya.
Jalanan yang sedari tadi diperhatikan Jeongin perlahan mulai menghilang digantikan pepohonan disampingnya.
"Ayah. Kemana kita akan pergi?" tanya jeongin.
"Kejutan. Ayah tidak akan memberitahumu." jawab ayahnya menggoda.
Jeongin memasang senyuman cerahnya. Ia berpura-pura mengeluh sembari bersidekap dada.
"Aku tidak suka hutan. Jika ayah membawaku bermain ke hutan, aku akan turun saja disini."
"Hahaha. Memangnya kamu berani turun sendirian di tengah-tengah hutan ini?"
"Tentu saja. Aku kan sudah besar, bukan jeongin kecil lagi."
"Yah, ayah tidak percaya tuh. Dulu saja kamu sangat berani bermain di sungai, lalu tiba-tiba berteriak menangis karena celana dalam mu dibawa pergi oleh air."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until we meet again | Yang Jeongin [ √ ]
FanfictionKurasa kehidupanku adalah kehidupan yang paling membosankan diantara lautan manusia diluar sana. Aku menyukai diriku apa adanya, aku yang tidak memiliki banyak teman, dan aku yang sudah terbiasa dengan kesendirian ini. Namun tuhan mempertemukanku d...