22. kertas yang terbakar

1.2K 140 12
                                    

Utamakan vote sebelum baca!!


Stage two brain cancer


Naruto turun dari bus, ia melangkah dengan santai ke apartemen nya

Menekan beberapa sandi, pintu terbuka bersamaan dengan sakura yang ingin memegang handle pintu berniat ingin keluar

Tubuh naruto mematung, di belakang sakura Sasuke tak kalah terkejut nya. Naruto menatap sakura dan Sasuke bergantian, dadanya terhenyak sakit

'Kenapa? Apa semuanya hanya ilusi ku? Ah! Ya memang seperti itu, Naruto bodoh! Jelas dia bersikap seperti itu karna ia melakukannya juga demi wanita itu! HAHAHA, hanya aku yang berkubang dalam khayalan ku sendiri, berharap usaha ku tak sia sia ternyata salah besar. Kau terlihat menyedihkan naruto'

Naruto memilih masuk kedalam apartemen, ia menyenggol sedikit bahu sakura membuat wanita itu oleng namun di tangkap cepat oleh Sasuke yang berada di belakang wanita itu

Tak memperdulikan keadaan sakura, Naruto terus berjalan masuk ke dalam kamar mereka

Lagi. Hatinya dihancurkan lagi oleh orang yang sama..

Sasuke masuk kedalam kamar mereka setelah mengantarkan sakura di depan pintu apartemen saja, kini ia menatap tajam Naruto yang tengah berbaring di atas kasur

"Kau sengaja?!" Tuduh Sasuke, wajahnya memerah menahan amarah

"Aku tak sengaja. Kenapa kau se-marah itu, ia hanya tersenggol sedikit oleh bahu ku, tidak usah di lebih lebihkan"

Mendengar jawaban sarkas naruto, entah mengapa membuat amarah Sasuke meningkat. Ia mencengkram lengan kaki Naruto, kemudian menariknya hingga Naruto dekat dengan tubuhnya yang ia condongkan kedepan

"Dia sedang hamil muda, jika anak ku kenapa-napa kau bisa tanggung jawab?!" Tekan Sasuke, tangannya beralih mencengkram kuat dagu Naruto

Membuat Naruto meringis, karna cengkraman tangan Sasuke tak main main kuatnya

"Maaf" ucap Naruto akhirnya. Bersamaan dengan cengkraman Sasuke yang terlepas

"Dari mana?" Tanya Sasuke, teringat bahwa Naruto pergi tanpa bilang padanya

"Ada urusan mendadak" Naruto mengurungkan niatnya untuk memberitahukan Sasuke tentang penyakitnya

"Apa? Kau berkencan dengn sai diam diam di belakang ku?!" Tanya Sasuke dengan nada kelewatan dingin di iringi wajah datar

"Aku bukan kau! Jadi jangan sama kan aku dengan orang brengsek seperti mu!" Jawab ketus Naruto, sambil berjalan keluar kamar tak lupa membawa tasnya. Meninggalkan Sasuke yang tengah menahan amarahnya kembali

Naruto masuk kedalam kamar tamu, apartemen mereka cukup luas dengan dua kamar ukuran sedang

Naruto merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk, sebelum mengunci pintu kamar terlebih dahulu. Tidak epic kan jika ia sedang menangis, Sasuke tiba tiba masuk dan menghajarnya karna ucapannya sebelumnya?

Naruto merogoh tasnya, mengambil kertas persetujuan untuk operasi. Ia menatap Lamat kertas tersebut, dengan air mata kian menderas

Naruto menangis dalam diam, pandngannya terus menatap Lamat kertas di tangannya yang ia angkat tinggi tinggi ke arah langit langit kamar

Lama seperti itu, Naruto memutuskan untuk membakar kertas tersebut. Naruto menatap kosong ke arah kertas yang ia bakar di dalam tong sampah almunium

Naruto yang sudah capek menangis memilih tidur di ruangan itu, tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu

.
.

Tok tok tok

Ketukan di pintu mampu membangunkan Naruto

"Naruto buka pintunya"

Naruto tak menjawab, ia menatap jam di dinding. Sekarang pukul 20:15 waktunya makan malam. Sudah Berjam jam terlewati

"Naruto keluarlah, makan malam sudah siap"

Suara dari luar terdengar kembali, namun tetap tak mendapat balasan dari Naruto yang masi diam dengan sejuta pikiran nya

"Naru–"

"Ya! Aku bersiap siap dulu" jawab Naruto, menyela

Naruto masuk ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar tersebut, pakaian? Tenang, pakaian Naruto ada di dalam kamar itu juga. Karna sebelumnya ia pernah tidur di kamar itu setelah berkelahi hebat dengan Sasuke

Selesai mandi, Naruto berdiri di depan cermin rias, ia mengambil sisir rambut kemudian menyisir rambutnya teratur

Lagi, helai demi helai rambut naruto berguguran membuat Naruto berdecak kesal. Kepalanya terlihat aneh sekarang dengan beberapa boncel pada beberapa sisi

Naruto memeriksa lemarinya kembali, mencari penutup kepala. Ia tak mau Sasuke bertanya aneh aneh perihal boncel di kepalnya. Ia rasa, Sasuke tak perlu tau tentang yang ia derita. Toh Naruto yakin, pria itu tak akan peduli

Naruto langsung keluar dari kamar menuju ruang makan, di sana Sasuke sudah duduk anteng di kursinya. Ia menatap datar Naruto, yang perlahan duduk di kursinya yang bersebrangan dengan tempat duduk Sasuke

"Kenapa memakai itu?" Tanya Sasuke, merasa aneh dengan Naruto. Yang memakai topi kupluk di dalam rumah

"Hanya ingin" jawab singkat Naruto. Ia mulai memasukan satu persatu makanan ke dalam piringnya, di mulai dari nasi di susul lauk pauk nya

Sedangkan Sasuke, memilih diam. Tak ingin bertanya lagi, takut menjadi perdebatan kembali

Selesai makan, Sasuke bangkit sambil mengangkat telpon ke arah ruang tamu. Sedangkan Naruto, ia menyuci piring yang kotor

Tak lama, Sasuke kembali "Aku akan pergi sebentar, ada dokumen yang tertinggal di kantor" ia memeluk Naruto dari belakang

"Hm" jawab singkat Naruto. Sasuke menghela nafas, ia mendekat ke arah Naruto kemudian mencium sekilas kening Naruto

"Maafkan aku" jeda sasuke, menunggu jawaban naruto. Namun Naruto hanya diam, tak berniat menjawab

"Aku pergi" sambung Sasuke, mungkin Naruto butuh waktu supaya lebih tenang, pikir sasuke




TBC

Sampai jumpa di chapter selanjutnya minna!!

Bye bye!





Thirty days [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang