Loeybee64 Present
A Mini Story of Kyungsoo Fanfiction
Copyright ©12 Sept, 2021.
by LoeyBee64
|On. L.U
|
Bohong jika Baekhyun mengatakan ia tak menyesal. Mengambil pilihan terberat yang begitu apik ia sembunyikan, nyatanya memberatkan langkah Baekhyun malam itu. Jujur saja, 'pergi' telah begitu lama Baekhyun buang jauh-jauh dalam daftar hidupnya sejak ia memutuskan menaruh harap serta janji pada lelaki kelahiran januari yang bertahun-tahun menyita atensi.
Sekali lagi, setelah lima tahun, Baekhyun kembali mencundangi diri. Bertindak pengecut dengan dalih 'kecewa'. Ya, sejujurnya, Baekhyun kecewa.
Rasanya menyakitkan, ketika pertanyaan yang secara spontan terlintas dalam kepala ia tuturkan, tak mendapat jawaban yang sungguh ia harapkan. Setidaknya, jika lelaki berstatus sebagai suaminya itu, memberikan jawaban walau seandainya tak seperti yang ia inginkan, Baekhyun mungkin tidak akan sekesal ini.
Benar. Sebut saja ini alibi.
Namun, kebungkaman Kyungsoo kala itu benar-benar menohok Baekhyun. Tanpa ia inginkan, hati kecilnya seolah membenarkan spekulasi yang akhir-akhir ini disangkal.
Kyungsoo hanya tidak menyadari, sebelum keduanya bertemu dengan lelaki Kim di pernikahan sang sahabat, bukan satu atau dua kali Baekhyun mendapati lelaki Kim tersebut mencoba bertindak selangkah lebih dekat.
Entah itu saat menghampiri Kyungsoo yang tengah menunggu jemputannya, tepat ketika Baekhyun baru saja menemukan keberadaan sang suami sebelum mobil lantas terhenti mendapati seorang pria lain berlari kecil menghampiri Kyungsoo kemudian saling berbincang akrab.
Atau, ketika secara langsung Baekhyun melihat bagaimana sorot sepasang iris kembar lelaki Kim tersebut menatap suami-nya sementara lelaki Do itu sibuk mengobrol dengan sang sahabat. Seakan enggan peduli ia bisa saja tertangkap basah oleh suami sang objek atensi—tepatnya telah kedapatan.
Sebut Baekhyun pengecut. Sementara hati memberontak hendak mengumbar rindu, yang dilakukannya malah bersembunyi dari jauh. Menyaksikan keseharian lelaki Do tersebut diam-diam, lantas beranjak saat usahanya mempertahankan diri hampir saja gagal.
Dan, Baekhyun tak dapat abai lebih lama lagi saat panggilan dari nomor tak terduga menyambangi layar ponselnya. Lantas bergegas meninggalkan setumpuk pekerjaan yang belum terselesaikan usai sepatah kalimat mengisi rungu.
“Baekhyun-ssi. Kyungsoo hyung. rekan kerjaku menemukannya pingsan di ruang istirahat kantor. Sekarang Kyungsoo hyung di rumah sakit.”
Detik itu, Baekhyun merasakan persendiannya lemas. Ia hampir saja meruntuhkan pertahanannya saat mendapati raut pucat dari sosok yang tengah terbaring penuh lelap. Dan, ketika sepasang netra bulat yang selalu ia kagumi akhirnya perlahan menampakkan iris kembar kelam kesukaannya, selantas itu pula Baekhyun ingin menumpahkan segala kerinduan yang meliputi sedari lama.
Pelukan erat menjadi bentuk penyaluran afeksi yang beberapa waktu mengekang keduanya.
Kini, satu pertanyaan memenuhi isi kepala Baekhyun.
Sekarang, cara apa yang harus ia lakukan?
Belum mencapai satu hari saja, Baekhyun sudah kepalang rindu. Sementara menyematkan sebuah pelukan sudah—
“Appa.”
Baekhyun spontan beralih. Netra sabit kembarnya menemukan sosok jangkung sang putra di ambang pintu.
“Sudah waktunya,” tutur sang putra memberitahu.
Ah, rupanya Baekhyun terlampau lama mengulik kisah lalu.
Kedua kurva yang mengembang samar disertai anggukan kecil ia beri, setelah melirik arloji di pergelangan sebelum beralih kembali pada pemuda di beberapa langkah di depan.
“Mn. Duluan saja, appa menyusul sebentar lagi.”
Untuk sepersekian detik, pandangan lekat sang putra padanya menjadi satu-satu tanggapan. Sampai sebuah anggukan singkat tanpa kata menjadi mula sebelum tubuh jangkung tersebut berbalik hendak beranjak.
Baekhyun tahu, dan mengerti. Apa arti tatapan penuh Byun muda itu. Namun, ia tak ingin mengungkapkannya. Jadi, selain menyangkal, yang Baekhyun bisa lakukan hanyalah melepas sepatah penuturan.
“Jisung-ah.”
Byun Jisung, putra satu-satunya, berhenti sebelum sempat menutup kembali pintu kamar sang ayah. Menoleh, memperlihatkan wajah sembab yang tak mampu lagi ia sembunyikan di balik raut kosong miliknya.
“Kau tahu, kau masih memiliki appa. Hm?”
Jisung tersentak. Butuh dua detik hingga anggukan samar serta lengkungan tipis yang kentara amat berat ia beri sebagai jawaban.
“Mn. Aku tahu,” balasnya. “Appa juga memiliki aku.”
Ya, Baekhyun masih memiliki Jisung. Separuh hatinya yang tersisa.
Ending – Baekhyun Side
—E N D—
Hayoo, apalagi nihh...
Mereka kenapa nih, wkwk....Ah ya,
Sebelumnya ada yang nanya.
"Kegunaan tanggal di setiap chapter untuk apa?"
Nah, di chapter ending ada yang sadar gak, jawaban dari pertanyaan di atas ada di sana?
Atau ada yang masih bingung?
Jadi begini.
Selain sebagai penanda waktu alur, aku tuh pengen bikin cerita berbentuk isi diary. Tau kan ya maksudnya?
Jadi, dari awal chapter sampai chapter terakhir season 2 kemarin, itu isi diary Kyungsoo yang Baekhyun baca.
Nah, cuma di sini, aku gak pakai sudut pandang 'Aku'. Tapi, cerita yang diambil dari satu sisi/perspektif aja, karena ini buku harian Kyungsoo.
Err... ngertilah ya, 😅
Last, thankyou muaach udah baca hasil keabsurd-an aku... Hehehe
Nantikan special chapternya juga ya, see youu
💋♡
KAMU SEDANG MEMBACA
On L.U | Kyungsoo Fanfiction ✔
Fanfiction☑ Do Kyungsoo Fanfiction • Short Story ☑ Cover by Loeybee64 (cr. by Pinterest) ☑ Copyright ©September, 2021. by Loeybee64