Riuh rentak musik mengisi rooftop yang terlihat jauh lebih ramai dari biasanya. Tidak, ini bukanlah acara perkumpulan sesama teman maupun keluarga. Hanya ada tiga pasang kaki di sana. Yang mana salah satunya tak berhenti ke sana kemari seolah tidak mengenal lelah.
Bahkan yang lebih tua saja sudah beberapa kali melepas keluh lelah serta ringis pada tiap ngilu yang di rasa di persendiannya.
“Ck. Appalemah sekali.”
“Haish ... berhenti mengejek appa, bocah.”
Mengabai dengus remeh sang putra, Baekhyun memijat pelan kedua kakinya yang mulai kesemutan karena sejak tadi turun naik membawa peralatan memanggang dan berkemah dari dalam rumah ke rooftop.
Melihat hal tersebut, Kyungsoo yang tengah memanggang daging sesekal melirik. Kemudian menoleh pada sang putra yang masih dengan riang berlarian memasang pernak-pernik di pohon natal yang dengan penuh rengekan pada sang ayah untuk dibawa meski harus ditata kembali. Alih-alih merepotkan, bocah tujuh tahun tersebut malah menyanggupi penuh semangat.
“Jisung-ah.”
Tak butuh waktu lama, panggilan Kyungsoo disambut dengan atensi penuh binar dan tatapan polos.
“Ne, Eomma. Waeyo?”
“Bantu Eomma rapikan meja makan, ya?”
“Tap-”
Bantahan yang semula hendak dilayangkan lantas urung bersuara. Tak ada tatapan intimidasi atau teguran mutlak, tetapi Byun kecil tersebut seolah mengerti hanya lewat sepasang manik kembar Kyungsoo yang menatapnya lembut. Entah bagaimana, atensinya melirik sesaat pada sang ayah yang tampak mengabaikan kedua rumah-nya, kemudian mengangguk tanpa protes. Langkah-langkah kecilnya berputar, menghampiri meja makan yang masih berantakan karena belum sempat ditata oleh sang kepala keluarga. Menarik sabit kembar Baekhyun ketika tangan mungilnya mulai merapikan peralatan makan dan beberapa detail lain tanpa sepatah pun penuturan atau ocehan.
Alih-alih keterpaksaan, si kecil Byun melakukan permintaan sang ibu seolah hal tersebut wajib dan telah biasa ia lakukan. Tingkahnya yang memang jarang dilihat oleh Baekhyun menuntun laki-laki itu menoleh ke belakang dan mendapati Kyungsoo yang masih memanggang dan membalas atensi sang suami dengan senyum lembut yang kerap Baekhyun temui kala lelaki itu bangga pada tiap prestasi sang putra.
“Selesai!” katanya riang. Lalu tersenyum lebar seolah bangga atas pekerjaannya sendiri.
“Eh! Eomma!”
Namun, selang detik setelahnya, seruan melengkingnya memutus lamunan kedua laki-laki yang masih termangu di sana.
