Part 3

4.5K 567 19
                                    

Perkataan Felix dan Renjun bukanlah bualan semata. Mereka langsung menjemput Hyunsuk begitu si cantik mengadukan semuanya.

Mereka pergi, membawa Hyunsuk untuk tinggal bersama Renjun karena Felix tinggal bersama Hyunjin, dan Hyunsuk tidak mau tinggal bersama mereka, dia cukup sadar diri untuk tidak menganggu kehidupan pribadi temannya.

Maka, Hyunsuk memilih Renjun. Tinggal di flat lelaki China itu untuk sementara atau selama yang diinginkan Hyunsuk, begitulah Renjun berucap.

Dan Hyunsuk benar-benar bersyukur. Setidaknya, ia memiliki waktu untuk berpikir tentang bagaimana kehidupannya kelak.

Memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, untuk menjaga anaknya dan untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang pelajar.

Pelajar yang mungkin akan segera hilang dari gelarnya kala perut rata itu mulai membuncit suatu hari nanti.

"Jangan banyak berfikir, Hyunsuk, itu tidak baik untuk kandunganmu." tegur Renjun saat melihat Hyunsuk melamun.

"Yah, aku hanya berpikir sampai kapan aku akan tinggal di sini dan menyusahkanmu."

"Oh, ayolah! Kau bahkan belum tinggal di tempat ini lebih dari satu hari, jangan terlalu banyak berpikir, inilah gunanya teman."

Hyunsuk tersenyum, "terima kasih."

"Ngomong-ngomong bagaimana Bibimu bisa tahu?"

Hyunsuk mengosongkan pandangannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "kupikir karena testpack yang aku gunakan. Aku tidak tahu, seingatku, aku menggunakan lima buah, tapi mungkin aku salah menghitung dan meninggalkan yang satu itu di toilet. Bibiku menemukannya, aku melihatnya memegang benda itu."

Renjun meringis, "tidak seperti dirim—" perkataan Renjun terpotong begitu suara bel ditekan terdengar berkali-kali dan brutal.

"Sial! Itu pasti Felix." seru Renjun, bangkit dan menggerutu.

"Betapa bodohnya!" sembur Renjun begitu dia membuka pintu, tapi bukannya Felix yang berdiri di luar, malah orang lain.

"Mana Hyunsuk?" suara Jihoon terdengar begitu mendesak.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Renjun, berusaha menghalangi Jihoon agar dia tidak bisa melihat apapun yang berada di balik pintu.

"Menjemput istriku. Di mana dia?"

"Pergi, kau salah alamat." usir Renjun seraya menendang-nendang ujung kaki Jihoon yang masih terbalut sneakers sekolahnya tadi pagi.

Sepertinya Jihoon belum pulang karena si brengsek itu masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan wajah babak belur miliknya.

"Renjun..." suara Hyunsuk mengurungkan niat Jihoon untuk mendebat Renjun.

Sosok kecil dengan rupa berantakan muncul di depan Jihoon, benar-benar kacau dengan mata bengkak dan hidung memerah akibat terlalu banyak menangis. Jika orang lain yang melihatnya, mereka akan bersimpati.

Tapi Jihoon tetaplah Jihoon.

"Mengerikan." ujarnya saat melihat penampilan Hyunsuk. Ini pertama kalinya dia melihat sang ketua kelas begitu kacau, Hyunsuk biasanya sangat rapi.

"Dan pikirmu siapa yang membuatnya seperti ini?! Kau, sialan!" ucap Renjun marah.

"Yah, aku. Karena itu aku akan bertanggung jawab dan memperbaiki segalanya. Ayo, banjangnim. Ambil barangmu, kita pergi." balas Jihoon serius.

Membuat Hyunsuk diam tak mengerti tentang apa yang dimaksud si brengsek ini. Karena tadi pagi Jihoon jelas menolaknya, kenapa sekarang dia mau bertanggung jawab?

Truly Madly Deeply [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang