'Aku tidak melarikan diri. Aku akan segera kembali, tunggu dan jangan kemana-mana. Pastikan untuk makan dan beristirahat.'
Hyunsuk menemukan note di atas meja makan saat ia bangun, lengkap dengan tiga lembar uang seratus ribu won.
Dia meremas note itu kemudian melemparkannya asal, kesal karena lagi-lagi Jihoon menghindarinya. 'Aku tidak melarikan diri.' lalu kemudian sebuah suara berdenging demikian dalam kepalanya.
Hyunsuk mengedikkan bahu acuh sebelum berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Sedikit bergumam lalu ke dapur untuk memasak.
Masih banyak makanan di dalam kulkas pemberian Hyunjin kemarin, jadi Hyunsuk tidak akan membelanjakan uang pemberian Jihoon, akan ia simpan untuk kebutuhan lain.
Paginya berjalan sangat membosankan. Hyunsuk masih belum terbiasa untuk bersantai, bukannya merasa nyaman dia malah merasa stress dan kesepian.
Pukul sepuluh pagi, Hyunsuk memutus untuk menemui Bibinya. Lagipula, tidak ada yang bisa dia lakukan. Renjun dan Felix masih berada di sekolah, dan Jihoon tak kunjung pulang.
Maka, Hyunsuk duduk di bangku tengah bus dan menatap sekeliling. Sesekali mengusap perutnya yang terbalut hoodie oversize miliknya. Hyunsuk memiliki kebiasaan aneh akhir-akhir ini, tangannya selalu refleks membelai perutnya sendiri.
Entah kebetulan atau apa tapi di tengah perjalanan Hyunsuk bertemu dengan Jihoon. Si brengsek itu naik bus yang sama tapi sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Hyunsuk.
Secara gugup Hyunsuk mengenakan tudung hoodienya hanya untuk memastikan Jihoon tidak mengenalinya.
Hyunsuk tentu saja tidak mau disuruh pulang karena si brengsek itu memintanya untuk tidak kemana-mana, tapi siapa peduli, Hyunsuk merindukan Bibinya.
Ia memerhatikan Jihoon yang sibuk bersama beberapa buku, hey! Tunggu sebentar! Harusnya Jihoon berada di sekolah sekarang.
Amarahnya tiba-tiba muncul dan Hyunsuk akan melabrak Jihoon sekarang juga. Atau mungkin Hyunsuk bisa diam-diam mengikuti Jihoon dan melihat apa yang dilakukan si brengsek itu ketika dia membolos.
Jika Jihoon tidak mau memberitahunya, maka Hyunsuk akan mencari tahu sendiri.
***
Hyunsuk merasa deja vu. Dia mengingat sesuatu tentang membuntuti Jihoon tapi entahlah itu rasanya tidak penting.
Karena dulu Jihoon hanya berlagak keren dengan menolong seseorang yang tengah dikeroyok, berbeda dari sebelumnya, kini Jihoon terlihat sangat sibuk. Keluar masuk dari satu toko ke toko lain, lalu bertanya pada beberapa orang dan dia bahkan mendapat cacian.
Hyunsuk merengut, rasanya tidak terima melihat Jihoon dicaci seperti itu. Tidak boleh ada yang mencaci si brengsek itu selain dirinya.
Semakin bertambah merengut ketika dia tidak mendapati Jihoon ditempat semula. Hyunsuk menegakkan tubuhnya dan berkeliling mencari Jihoon sebelum seseorang tiba-tiba berdiri tegak di depannya.
"Penguntit." kata seseorang seraya berdecak dan Hyunsuk tahu siapa seseorang itu.
"Apa?"
"Apa yang aku katakan tentang beristirahat dan tidak kemana-mana?"
"Aku bosan! Lagipula aku hanya ingin menemui Bibiku." elak Hyunsuk, melepaskan tudung hoodienya karena ia tak lagi harus bersembunyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/313974818-288-k484965.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Truly Madly Deeply [✓]
Romance"There's another side that you don't know." ↺BxB || Homo || Gay || Yaoi ↺M-Preg