Part 16

3.9K 498 61
                                    

"Kalian ingin bertemu dengan teman-teman baruku?" tawar Hyunsuk saat Renjun dan Felix tengkurup hampir mati kebosanan setelah lima jam bermain monopoli.

Felix menguap, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas siang. "Panas," ujarnya manja. Karena Felix memang anak orang kaya, dia terbiasa bersikap seperti itu.

Renjun menatap malas sebelum bangkit, menepuk pantat Felix kencang. "Cepat gerakan bokong tipismu itu, kita akan ke sana."

"Panas!" seru Felix sekali lagi.

Hyunsuk tertawa, sudah lama tidak menyaksikan Renjun dan Felix berdebat. "Jadi, kita akan pergi atau tidak? Karena aku harus bersiap sedikit lebih lama." sela Hyunsuk, menatap perutnya.

Renjun mengangguk, melotot tajam pada Felix yang hanya bisa mendesah pasrah.

Hyunsuk berjalan ke kamarnya, mencari hoodie yang super besar untuk menutupi perutnya. Meski perutnya belum sebesar itu tapi masih terlihat jika Hyunsuk mengenakan pakaian yang tidak terlalu besar.

Bukannya Hyunsuk malu membawa Winter, ia hanya tidak ingin mendapat perhatian dari banyak orang.

***

"Is the place fucking far?" tanya Felix, mulai mengipas-ngipasi dirinya menggunakan tangan ketika mereka duduk menunggu bus.

"Tidak terlalu."

"Oh, fuck! Why isn't the bus fucking coming?! It's so fucking hot here!" keluh Felix keras-keras, membuat beberapa orang menoleh padanya.

Renjun memutar matanya tajam, ingin sekali mencekik Felix yang terus mengumpat.

"Kita seharusnya meninggalkan si manja ini di rumah." bisiknya pada Hyunsuk yang hanya dibalas kekehan ringan.

Lima menit setelah Felix mengeluh—sebenarnya dia terus menerus mengeluh, bus datang dan mereka langsung masuk. Kembali mendapat umpatan dari Felix saat bus itu penuh, hanya menyisakan beberapa bangku kosong yang langsung terisi oleh orang-orang yang menunggu di halte yang sama dengan mereka.

"Shit."

Hyunsuk membungkuk, meminta maaf karena Felix mengumpat di depan seorang pria setengah baya. Felix memang seperti itu, ketika dia kesal mulutnya tidak bisa berhenti mengumpat.

"Kau sinting! Jangan berani duduk atau aku akan benar-benar mencekikmu." kata Renjun tajam karena hanya tersisa satu bangku di belakang pojok.

"Bitch, why?"

"Itu untuk Hyunsuk karena jika kau lupa, dia sedang hamil." bisik Renjun penuh ancaman membunuh.

"Ah, you're right. There's a fucking baby."

"Jangan berkata seperti itu pada anakku!" seru Hyunsuk tak terima, memeluk perutnya seolah itu akan terlindungi dari ucapan kasar Felix.

"Yeah, whatever." Felix tidak marah, percayalah, dia tidak jengkel pada Renjun apalagi Hyunsuk. Dia hanya mengumpat. Itu caranya menghilangkan kekesalan. Itu saja.

Beruntung Felix berhenti mengeluh saat di perjalanan meski tubuh kecilnya terus terhimpit orang-orang, Renjun dan Hyunsuk yang sudah terbiasa berdesakan seperti itu tidak terganggu sama sekali, meski sebenarnya Renjun menggerutu dalam hati karena dia berdiri.

***

Begitu mereka tiba, Felix kembali mengeluh tentang kakinya yang pegal karena berdiri terlalu lama, padahal itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dia yang harus selalu berdiri ketika Hyunjin menginginkan posisi itu.

Truly Madly Deeply [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang