Part 21

4K 468 98
                                    

Pada kesadaran berikutnya, Jihoon merasa lebih baik. Kepalanya tidak seberat tadi dan seluruh tubuhnya terasa lebih nyaman meski pundaknya masih sedikit pegal. Suhu tubuhnya juga sudah turun, Jihoon tidak merasa panas lagi ketika bernafas atau berkedip.

Ia menelisik kamar, mencari keberadaan Hyunsuk yang nihil. Jihoon kemudian memutuskan untuk mencarinya di dapur atau ruang tengah. Mengambil asal kaus dalam dan mengenakannya.

Begitu ia keluar, Hyunsuk tengah meminum susunya di dapur.

"Hyunsuk-ah,"

"Eoh? Kenapa tidak memanggilku saja?" serunya, menghabiskan susu yang ia minum dengan cepat kemudian membawa Jihoon agar duduk di kursi meja makan.

"Aku sudah lebih baik." ucap Jihoon, merasa semakin baik karena nada bicara Hyunsuk tidak lagi ketus atau marah seperti sebelumnya.

"Sungguh?"

Jihoon menggumamkan sesuatu guna menjawab pertanyaan Hyunsuk.

"Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan memasak sesuatu." ujar Hyunsuk, meninggalkan Jihoon dan mulai berkutat di dapur.

Jihoon melirik jam dinding, sudah pukul enam sore. Ia membuang banyak waktu dengan tidur karena tubuhnya memberontak. Ternyata bodoh keputusannya untuk melakukan sesuatu yang melebihi batas.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?"

"Tentang apa?"

"Tentang kenapa kau menghindariku dan tentang kenapa kau mendorong dirimu lebih keras lagi." Jihoon bungkam, tidak tahu apa yang harus ia katakan.

Jihoon terlalu takut jika seandainya Hyunsuk melakukan apa yang ia bayangkan. Jihoon akui ia pengecut, Jihoon lemah dan penakut jika itu tentang Hyunsuk.

"Apa ini ada hubungannya dengan ayah? Apa ayah berhutang lagi?" Hyunsuk kembali bertutur karena Jihoon tak kunjung bersuara.

"... Tidak." balas Jihoon pada akhirnya. Karena jika Hyunsuk memang akan pergi, ia tidak ingin Hyunsuk pergi dengan kesalahpahaman.

"Lalu kenapa?"

"Aku takut. Ketika Jennie noona mengklaimmu sebagai adiknya, itu juga berarti kau akan dia bawa, pergi dariku, dari pemuda miskin yang tidak memiliki apa-apa. Dia akan memberikan kehidupan yang jauh lebih baik dari apa yang aku berikan selama ini. Maka aku berusaha untuk lebih baik lagi sebelum kau menerima tawaran Jennie noona. Tapi sekeras apapun aku mencoba, aku tidak akan bisa mengalahkan apa yang ditawarkan Jennie noona padamu. Aku takut kau meninggalkanku. Kau tidak tahu betapa berharganya kau dalam hidupku."

Jujur Jihoon, ia mengiba di hadapan Hyunsuk. Karena Park Jihoon bukalah siapa-siapa tanpa Choi Hyunsuk.

Hyunsuk berhenti dari kegiatannya memotong wortel, mematung beberapa detik sebelum mematikan kompor dan berjalan cepat mendekati Jihoon.

Ia memukul pundak lelaki pisces itu dengan keras. Air matanya menggenang, bibirnya berkedut dan Hyunsuk siap untuk membunuh Jihoon sekarang juga.

Andai pemuda itu tidak baru saja mengatakan sesuatu yang membuat Hyunsuk merasa senang dan kecewa di saat yang bersamaan.

Senang karena Jihoon benar-benar menganggapnya begitu berarti sampai dia melakukan apa yang di luar batas kemampuannya. Dan kecewa karena Jihoon takut kehilangannya, yang berarti Hyunsuk tidak cukup memberikan keyakinan pada Jihoon bahwa ia juga mencintanya.

Truly Madly Deeply [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang