🍁
Melia tak dapat menemukan pria itu setelah mencarinya cukup lama. Ia menemukan sebuah rumah kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Melia pun mendekatinya. Banyak sarang laba-laba disana, Melia menepis beberapa yang menghalangi jalannya.
Didalam rumah itu sama sekali tak ada cahaya, namun Melia bisa melihat ada seorang pria duduk disana membelakanginya. Ia tak begitu yakin jika pria itu orang yang sama.
"Pangeran?" Panggil Melia ragu.
Pria itu sama sekali tak menoleh. Melia melangkah mendekat. Warna pakaian pria itu berbeda dengan pangeran yang menolong beberapa saat yang lalu. Namun, melihat postur tubuhnya ia cukup yakin bahwa pria itu adalah orang yang sama.
"Pangeran?" panggilnya lagi.
Akhirnya pria itu menoleh, memperlihatkan separuh wajahnya. Melia cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Dika?"
"Pangeran? Siapa? Gue?" Tanyanya.
Melia mematung. Ia tak bisa berkata-kata, napasnya tertahan beberapa saat.
"BANGUN! UDAH PAGI!"
Melia tersentak. Ia langsung terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak kencang karena suara Dika yang nyaring di telinganya. Melia duduk, mengucek matanya, serta menggeliat, berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Melia membuka matanya dengan lebar, melihat Dika berdiri tak jauh darinya dan menatapnya tajam.
"Udah puas mimpiin pangerannya?" tanya Dika.
Melia tak langsung menjawab, matanya mengerjap-ngerjap, melihat kearah pintu dan jendela, masih gelap.
"Bukannya sudah pagi?" tanya Melia polos.
Dika menghela napas.
"Udah pagi, tapi lo tidur nyenyak banget hingga sampai malam lagi," jawab Dika bohong.
"Berarti gue tidur seharian dong?!" Melia panik, percaya saja dengan yang dikatakan oleh Dika.
Dika menyentil dahi Melia pelan.
"Aw," rintihnya.
"Lo itu bodoh atau bodoh banget sih? Tidur kayak kebo! Gue pikir lo over dosis jeruk tahu nggak!" cerca Dika.
"Jadi, gue nggak tidur seharian?" tanya Melia lagi.
"Nggak! Lo tidur sebulan!" jawab Dika semakin geram.
Melia meliriknya tajam, memanyunkan bibirnya, kesal dengan jawaban Dika.
Dika duduk di sebelah Melia, menunjuk kearah rantang yang ada di atas meja.
"Nih makan malam lo, cepetan makan! Keburu basi," suruh Dika. Pria itu menyenderkan tubuhnya ke punggung sofa, menutup mata, mencari kenyamanan.
Melia berdiri, beranjak ke kamar mandi. Usai mencuci muka, Melia tak langsung keluar, ia menatap cermin kecil di depan wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Teen Fiction"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...