🍁
"Permisi, tuan putri datang," ujar Lia dramatis.
Dika yang tadinya duduk, beralih berdiri tanpa mengalihkan pandangannya dari Melia yang terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang dibuat bergelombang, dan riasan natural ala Cinderella karya Lia.
"Melia, lo cantik banget, sumpah, parah sih, iri gue," kagum Airin melihat penampilan Melia dari atas hingga bawah. Melia tersenyum kaku.
"Lo juga cantik kok, gaun lo juga bagus banget," puji Melia.
"Udahlah, kalian sama-sama cantik, percaya sama Bibi," sahut Lia. Lia menoleh menatap Dika yang masih melongo terpesona melihat Melia. Lia memetikkan jari tepat di depan wajah Dika, menyadarkan pria itu dari lamunannya. "Udah kali terpesonanya, baru dandan gini aja kamu udah nggak berhenti natap, apalagi nanti kalau Melia nikah, pakai baju pengantin," goda Lia.
"Apaan sih, Bi! Jodohin kami mulu," protes Dika salah tingkah.
"Memangnya Bibi bilang kalau nanti Melia nikahnya sama kamu? Enggak kan?" balas Lia membuat Dika semakin salah tingkah. "Jangan-jangan kamu diam-diam berharap, ya?"
"Bibi masak ikan asin kan tadi? Udah disimpan belum? Tadi Dika lihat ada kucing masuk rumah," balas Dika mengalihkan topik.
Lia menepuk dahinya, ia benar-benar lupa jika ia masak ikan asin tadi pagi. Ia tak yakin sudah menyimpannya atau belum. "Oh iya, Bibi lupa! Bibi pulang dulu ya anak-anak, kalian hati-hati di jalan."
Mereka berempat menatap Lia yang langsung lari terbirit-birit menuju rumahnya. Usai Lia benar-benar hilang dari pandangan mereka, Herman dan Airin kembali fokus pada Dika dan Melia yang saat ini terlihat salah tingkah.
"Kalian mau nikah?" tanya Airin polos.
***
Di tengah perjalanan, Melia dan Airin yang duduk di kursi belakang mobil Herman terus mengobrol tanpa henti. Sedangkan Dika yang duduk di samping Herman yang sedang fokus menyetir, menjadi pendengar obrolan heboh dari kursi belakang.
"Ya gitu, akhirnya gue pilih jadi putri salju karena nggak dapat gaun Aurora," kata Airin usai menceritakan kisah di balik terpilihnya gaun putri salju yang ia pakai.
"Kalau gue sih emang niatnya jadi Cinderella, bukan apa-apa sih, gue cuma punya ini soalnya," balas Melia.
"Tapi jujur, Mel, lo cantik banget jadi Cinderella. Cinderella yang di film aja kalah sama lo," ujar Airin dramatis.
"Apaan sih lo, nggak segitunya juga kali." Melia tersenyum malu.
"Ih, tapi beneran, gue nggak bohong, lo cantik banget, parah sih."
"Lebih parahan lo cantiknya."
"Nggak! Parahan lo!" Airin tak mau kalah.
Herman dan Dika masih diam, masih mengamati perdebatan dua princess di belakang yang semakin menjadi.
"Dik," panggil Herman masih terus fokus menyetir.
"Hm," sahut Dika.
"Lo ganteng banget pakai kostum Aladin, parah sih."
Dika meliriknya tajam. "Najis!"
***
Sejak keluar dari mobil, Melia tak henti-hentinya takjub dengan dekorasi rumah tiga lantai milik Jessie yang mewah dan dipenuhi hiasan ala disney dari pintu gerbang hingga pintu masuk.
"Ini serius rumahnya kak Jessie?" Melia melongo tak percaya.
"Iya," jawab Herman singkat.
"Ya udah, yuk, kita masuk," ajak Airin penuh semangat sembari menggandeng tangan Melia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Teen Fiction"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...