MLB 16 - 2 Kg

49 13 11
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Airin duduk di bangkunya sambil mengerjakan PR yang lupa ia kerjakan, sedangkan harusnya dikumpulkan hari ini. Penanya bergerak cepat sesuai arahan tangannya. Airin terlihat sangat tergesa-gesa.

"Ada PR, ya?"

Airin mendongak, melihat Melia berdiri samping bangkunya dengan tersenyum padanya.

"Melia!" heboh Airin. Refleks, ia langsung langsung tersenyum lebar dan memeluk Melia, membuat gadis itu sempat hampir terjengkang ke belakang. "Lo baik-baik saja, kan?" tambahnya sembari melepas pelukannya.

Melia tak langsung menjawab, ia mengatur napasnya terlebih dahulu.

"Gue baik-baik saja kok, tenang aja," jawab Melia sembari duduk di bangkunya, sebelah kiri Airin. Airin pun ikut duduk, wajahnya sangat sumringah melihat kehadiran Melia.

"Sumpah, gue khawatir banget sama lo, gue nggak bisa bayangin kalau gue ada di posisi lo," kata Airin dengan wajah sedih.

Melia tersenyum. "Thanks ya, udah peduli sama gue, gue senang punya teman kayak lo," balasnya tulus.

Airin menghela napas, mendadak merasa bersalah. "Maaf ya, gue nolak pergi sama lo, soalnya gue udah janjian duluan sama Herman, gue nyesel banget, sumpah."

"Nggak apa-apa, gue malah bersyukur lo nolak, dan akhirnya gue ajak Dika, jadi ada dia yang jagain gue, coba aja kalau kita berdua jadi pergi, kalau ada kejadian serupa, siapa yang akan nolongin kita?"

Airin mengangguk paham, dia bertanya, "Jadi, sekarang apa yang lo rasain?"

Melia mengernyit. "Maksudnya?"

"Ya, yang lo rasain apa setelah Dika nolongin lo? Ada rasa debar-debar di dada, nggak?" jelas Airin sok dramatis.

Melia tertawa remeh. "Debar-debar di dada? Lo pikir lagu indosiar?"

Airin berdecak sebal karena Melia tak kunjung paham. Dia segera menjelaskan lebih rinci, "Gini ya, Dika kan udah nolongin lo tuh dari musibah besar, itu menunjukkan kalau dia itu gentleman, lo nggak ada rasa tertentu gitu? Secara sikap Dika waktu nolongin lo sweet banget loh, lo dipeluk erat banget, baper gue."

"Hah? Lo tahu dari mana?" tanya Melia penasaran. Secara, ia benar-benar lupa jika ia sempat bertemu Airin di pasar malam.

"Yaelah, lo lupa? Lo pulang kan pakai mobil Herman."

Ah, Melia ingat sekarang. "Kok bisa ya gue lupa kalau kita sempat ketemu?"

"Ya lo terlalu nyaman di pelukan Dika," sahut Airin penuh penekanan.

"Apaan sih lo," tepis Melia cepat.

"Jujur lo sama gue, lo suka kan sama Dika?"

"Nggak," jawabnya cepat.

MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang