🍁
Dika memasang wajah datar, pandangannya fokus pada Melia. Dalam hati ia memang kagum dengan kemampuan berdansa Melia yang selama ini tak ia ketahui. Namun, ia juga kecewa karena bukan ia yang pertama tahu mengenai hal tersebut. Bukan, lebih tepatnya, Dika kecewa karena bukan dirinya yang menjadi pasangan dansa Melia.
Herman melirik Dika, ia sangat tahu jika perasaan Dika sangat kacau. Ia tersenyum penuh kemenangan. "Jadi cemburu, kan?" bisiknya yang tak digubris oleh Dika.
Dika masih memerhatikan Dave dan Melia yang masih berdansa. Mereka terlihat sangat menikmati, bahkan mereka saling berbisik. Entah apa yang mereka bahas. Hal itu berhasil memicu kemarahan Dika.
"Marah kan lo?" tambah Herman semakin memengaruhi Dika yang wajahnya mulai memerah.
Dika langsung berdiri karena tak tahan lagi. Herman langsung bersorak, mencoba memengaruhi Dika sekali lagi untuk membuat sesuatu yang luar biasa. "Ayo Dika, pisahkan mereka! Semangat! Cinderella itu milik lo! Rebut kembali! Ayo! Ayo! Ayo!"
Dika mengambil ponselnya dari saku celana, ia melihat ada sebuah panggilan masuk. Dika beranjak keluar, meninggalkan Herman dengan kekecewaannya.
"Yah, lo mau kemana? Samsudin! Samperin kek! Malah keluar! Kecewa gue," heboh Herman.
***
Musik berhenti, dansa pun berakhir. Mereka tersenyum kepada semua orang, sebagai penutup. Tepat saat itu semua tamu undangan tepuk tangan dengan meriah. Mungkin beberapa tidak, karena memang banyak yang tidak suka.
Melia mengedarkan pandangannya, ia tak melihat Dika di dekat Herman, pria itu duduk sendiri.
"Kak, sebentar, ya," pamit Melia yang diangguki Dave.
Gadis itu berlari kecil menghampiri Herman.
"Herman, kok sendiri? Dika mana?" tanya Melia ketika sampai di hadapan Herman.
"Keluar tadi, nggak tahu mau ngapain," jawab Herman santai. Detik berikutnya, Herman tersenyum penuh arti, ide gila untuk mengerjai mereka berdua muncul di otaknya. Ia mendekat ke Melia dan berbisik, "Kayaknya Dika cemburu deh, coba lo samperin, jangan sampai dia bunuh diri."
Melia mengernyit, antara percaya nggak percaya dengan perkataan Herman. Dia tahu Herman hanya melebih-lebihkan. "Apaan sih lo! Nggak jelas!"
"Yee ... nggak percaya dia. Lo lihat gelas Dika nggak di meja?" Herman menunjuk mejanya yang Hanya ada satu gelas miliknya. Melia menoleh sebentar dan menggeleng sebagai jawaban. "Tadi Dika keluar sambil bawa gelas, bisa jadi di luar gelasnya dipecahin terus buat motong nadinya," tambahnya dramatis.
Melia mulai terpancing, ia berdecak kesal mendengar perkataan Herman barusan. "Herman! Lo apa-apaan sih!"
Melia langsung pergi keluar menyusul Dika dengan berlari karena panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Novela Juvenil"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...