MLB 30 - Berakhir

69 10 0
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Melia duduk di kursi tunggu samping pintu UGD ditemani oleh Airin. Herman terus mondar-mandir di depan pintu, berdoa agar sahabatnya selamat. Melia menatap kosong kedepan, tenaganya seakan sudah habis hingga tak bisa menegakkan punggungnya. Air matanya pun telah kering, menyisakan tanda merah di matanya yang sembap.

Airin menggenggam erat kedua tangan Melia, berusaha menguatkan gadis itu. "Dika baik-baik aja, Mel, cuma perlu waktu untuk siuman," ujar Airin.

Selang beberapa saat, dokter membuka pintu, mereka bertiga langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Herman heboh.

"Di antara kalian siapa keluarganya?" tanya dokter.

"Mel, Dika gimana?"

Mereka menoleh, seseorang berlari kecil mendekati mereka. "Bibi?" gumam Melia.

Lia kini berada di hadapannya. Wajahnya terlihat pucat karena cemas. "Bagaimana keadaan keponakan saya, Dok?"

"Pasien baik-baik saja, hanya benturan di kepala menyebabkan pasien kehilangan cukup banyak darah, kami perlu pendonor darah yang cocok dengan pasien, karena stok di rumah sakit sedang kosong," jelas dokter.

"Tapi nggak sampai amnesia, kan, Dok?" tambah Airin.

Dokter tersenyum sekilas, lalu menjawab, "Tidak."

Mereka bernapas lega.

"Gimana? Dika baik-baik aja, kan?"

Mereka menoleh, paman Rocky menghampiri mereka dengan wajah cemas.

"Dika butuh donor darah," jawab Lia.

"Ambil darah saya, Dok, golongan darah kami sama," kata Rocky yakin.

"Baik, mari ikut saya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu."

***

Melia menghampiri Lia yang berdiri sambil menggigit kukunya, masih mencemaskan Dika. "Maafin Melia, Bi, Melia yang teledor," lirihnya merasa bersalah.

"Bukan salah kamu, Mel, Dika telah melakukan hal yang benar dengan melindungi orang yang dia sayang, selama ini dia selalu berandai bisa menyelamatkan orang tuanya dari kecelakaan," jelas Lia menatap Melia hangat. Tangannya mengusap rambut hingga ke pipi Melia, mengulas senyuman tulusnya. "Dika sayang sama kamu, Mel, dia bersedia menukar nyawanya demi kamu."

Air mata Melia kembali turun dengan deras, ia kembali terisak, langsung berhambur memeluk Lia erat. Melia tak tahu harus senang atau sedih, hari ini adalah hari yang paling berat baginya. "Bibi tahu yang kamu alami, nangis aja," bisik Lia sambil mengelus punggung Melia lembut.

Melia menghentikan isakannya, ia melepas pelukannya dan menghapus bercak air matanya. "Bibi tahu semua dari mana? Aku kan nggak ngabarin Bibi."

Lia terdiam, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang