🍁
Dika baru saja mengeluarkan motornya dari garasi, dan dari kejauhan nampak seorang gadis memakai seragam sekolah berjalan sempoyongan. Dika langsung tahu jika gadis itu adalah Melia.
Karena sudah sangat marah, Dika langsung menghampiri gadis itu yang hampir sampai di pintu gerbang rumahnya.
"Dari mana aja lo?" tanya Dika ketika sampai dihadapan Melia.
"Sorry gue telat pulang, ada sedikit kendala tadi dijalan," jawab Melia santai.
"Punya handphone, kan? Bisa dinyalain, kan?" sahut Dika mulai emosi.
Melia terkejut dengan tatapan Dika yang menajam, rahangnya juga menegas, tak seperti Dika yang biasanya.
"Ponsel gue mati, baterainya habis," jelas Melia hati-hati.
"Gue nggak peduli lo dari mana, gue nggak ada urusan dengan urusan pribadi lo, gue cuma minta lo kabarin, kalau lo kenapa-kenapa, gue yang harus tanggung jawab! Lo tahu itu, kan?!"
Melia semakin takut ekspresi Dika yang terlihat sangat marah yang baru kali ini ia lihat.
"Ma-maaf," balas Melia terbata-bata.
Dika menghela napas kasar, mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Barusan, nyokap lo telepon, nanyain lo, dan gue terpaksa berbohong kalau lo baik-baik saja, dan untungnya lo beneran baik-baik saja, coba aja lo kecelakaan atau diculik, lo bukan cuma nyusahin gue, lo nyusahin bibi, paman, dan yang pasti nyokap lo di Malaysia pasti kepikiran," lanjut Dika tajam.
Melia meneguk ludahnya dengan susah payah, tak berani menatap mata Dika.
Hening. Dika sedang mengatur emosinya yang mulai lepas kendali. Lia yang melihat Melia langsung menghampirinya dan memeluknya.
"Melia, kamu baik-baik saja, kan?" ujarnya.
Melia hanya tersenyum tipis, dan mengangguk pelan. Ia terlalu takut untuk bicara. Ia benar-benar merasa bersalah saat ini, ia sama sekali tak memikirkan semua akibat dari tindakannya barusan.
"Masuk! Mandi, ganti baju, terus makan! Sebelum nasinya basi!" suruh Dika. Pria itu langsung pergi, ia tak ingin tambah emosi.
Melia terus melihat punggung Dika yang semakin menjauh. Merasa merinding melihat Dika begitu marah.
"Dika kalau marah emang se-seram itu ya, Bi?" tanya Melia ketika tak lagi melihat Dika.
"Ya gitu deh," jawab Lia, "asal kamu tahu, Dika memang menyebalkan, dia hampir nggak pernah serius, tapi kalau sudah menyangkut tentang tanggung jawab, dia tidak main-main. Jadi lain kali, kalau mau keluar sendiri, kabarin Dika atau Bibi, kalau bisa, minta Dika anterin," tuturnya.
Melia terdiam, ia sadar bahwa selama ini ia telah menyepelekan Dika yang ia anggap mata duitan. Ia menduga jika Dika mungkin tak mau lagi bicara dengannya saat ini. "Maaf, Bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Teen Fiction"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...