🍁
Semalaman Dika tak bisa tidur, ia terus bergelut dengan selimut dan seprainya, mencari posisi tidur yang nyaman. Namun, kejadian pertemuannya dengan Dona terus mengganggu pikirannya. Membuatnya gelisah sepanjang malam.
Pagi ini Dika sudah berada di depan rumah Melia, lengkap dengan memakai seragam dan tas sekolahnya. Sejak lima menit lalu Dika berdiri di depan pintu, selalu ragu ketika akan mengetuk.
Ceklek!
Pintu terbuka secara tiba-tiba, Melia muncul dengan seragam lengkap, siap untuk berangkat. Keduanya sama-sama terkejut, Dika segera tersenyum untuk menutupi kegelisahannya.
"Tumben lo udah siap?" tanya Melia heran.
"Bukannya bagus kalau gue siap lebih awal?" balas Dika.
Melia mengembangkan senyumnya, dia mengangguk seraya berkata, "Bagus sih, setidaknya lo ada perubahan."
Melia mengunci pintu dan berjalan lebih dulu menuju ke luar gerbang diikuti Dika di belakangnya. "Nanti sore main ke rumah Herman, yuk?" ajak Dika tiba-tiba.
"Ngapain? Lihatin Herman dan Airin pacaran?" balas Melia sembari terus jalan.
"Ya main aja gitu, lo belum pernah ke rumah Herman, kan?"
Dika berniat untuk membuat Melia senang dengan menunjukkan rumah mewah Herman. Hanya itu yang bisa Dika lakukan untuk membahagiakan Melia saat ini.
"Aww!" rintih Melia sembari memegangi kakinya yang lecet terkena pagar. Sontak Dika langsung panik, ia jongkok di hadapan Melia, melihat bawah lutut Melia yang tergores.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Dika, panik. "Mau diobatin dulu? Gue ada salep di rumah."
Melia tertegun beberapa saat, biasanya Dika mengomel jika dia terluka karena kurang hati-hati. Ia bingung dengan perlakuan Dika pagi ini, namun ia bahagia karena sikap Dika yang lebih lembut.
Melia tak bisa menahan senyumnya. "Nggak usah, nggak apa-apa, nggak sampai patah kok."
Dika mendongak, dia bertanya, "Beneran nggak apa-apa?"
Melia menggeleng cepat. "Nggak apa-apa."
***
Di perjalanan, Melia tak bisa berhenti tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Dika sesuai yang Dika suruh. Setelah sampai, Melia membuka helmnya dan memberikannya pada Dika. Rambutnya yang berantakan, dirapikan oleh Dika membuat Melia gugup. Apalagi saat Dika melempar senyum.
"Mau ke kelas sendiri apa gue antar?" tawar Dika.
Melia mengernyit. "Gue bisa jalan sendiri, Dika, gue nggak akan nyasar."
Dika mengangguk pelan. "Oke, jangan matiin handphone, kalau ada apa-apa telepon gue."
Melia mengulum bibirnya, menahan senyumnya yang ingin mengembang. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Teen Fiction"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...