🍁
Usai menutup pintu, Dika beranjak duduk di depan meja belajarnya, menatap tumpukan buku di hadapannya dengan tatapan kosong. Dika beralih membuka laci, mengambil sebuah kertas origami warna merah dan melipatnya menjadi bentuk pesawat.
Dika beranjak mendekati jendela dan membukanya, merasakan angin malam menusuk kulitnya. Dika masih memegang pesawat kertas itu, menatapnya lekat. Sesekali ia memainkan seolah pesawat itu terbang mengikuti gerak tangannya. Memikirkan jika suatu saat impiannya akan terwujud.
Hal itu ia lakukan untuk mengalihkan perhatiannya dari kekesalan beberapa saat lalu. Biasanya itu ampuh untuk mengatasinya, namun entah kenapa Dika malah semakin gelisah.
Dika mengalihkan pandangannya ke langit yang hanya ada bulan tanpa bintang. Dika memejamkan mata, menghirup napas panjang. Perlahan, ia membuka matanya, ia tak sengaja melihat Melia berdiri di depan pintu rumahnya sambil menatapnya. Dika terpaku, sesuatu telah mencegahnya mengalihkan pandang dari Melia di seberang sana.
Tangan Dika tergerak menyentuh dadanya, tiba-tiba jantungnya berdebar kencang.
Dika tersadar, ia langsung mengalihkan pandangannya dan segera menutup jendela. "Kenapa gue gugup?" gumamnya sambil memegangi dadanya yang masih berdetak kencang.
Dika menggeleng cepat, mencoba menepis semua kemungkinan yang mungkin terjadi padanya dari pikirannya. Dika menghela napas panjang, beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
***
Beberapa hari berlalu, kini hari senin datang lagi. Seperti biasa, Dika selalu bangun terlambat dan membuat Melia kesal. Di perjalanan, Melia tak mau bicara sama sekali setelah mengoceh panjang saat masih di rumah. Dika merasa bersalah karena membuat Melia juga ikut terlambat upacara dan kemungkinan gadis itu juga akan dihukum.
Dika melirik sepion, melihat Melia menutup kaca helmnya. Tak seperti biasanya, gadis itu tak pernah mau menutup kaca helmnya. "Lo masih ngambek?" tanya Dika keras.
Tak ada jawaban. Dika menghela napas panjang. Dia berteriak, "PEGANGAN!"
Melia menurut saja, ia memegang tas ransel Dika.
"PEGANGAN YANG BENER! GUE MAU NGEBUT!"
Melia beralih memegang pundak Dika. Tanpa aba-aba, Dika menarik tangan Melia dan memindahkannya melingkar di perutnya. Melia tampak terkejut. Hal itu tiba-tiba membuat jantungnya berdebar.
Dika memutar gas, menambah kecepatan dua kali lipat. Melia sudah tak terkejut dengan kecepatan Dika, ia sudah mulai terbiasa.
***
Dika sampai di sekolah tepat saat upacara dibubarkan. Usai memarkir motornya, Dika mengajak Melia menyelinap masuk ke gerombolan siswa yang baru ikut upacara dan berbondong ke kelas agar tak ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE BODYGUARD (Tamat)
Teen Fiction"Kamu kembali, dengan memulai hal yang tak sama lagi." - Dika. ** Ini kisah Dika yang bertemu lagi dengan Melia, teman masa kecilnya. Kembalinya Melia di perumahan Oranye, membuat Dika harus menjaga Melia selagi Mamanya kerja di Malaysia. Kebersama...