Kinan melangkah masuk bersama Arveno. Saat tiba di ruang tamu, mereka melihat Amel, Alia, dan Intan duduk di samping suaminya--Aldi-- sudah ada di ruang tamu tersebut lebih dulu. Di sisi lain kursi ada Alvino, Alta, dan Rolly.
Arveno menyapa mereka kemudian menarik Kinan untuk duduk di sebelahnya. Senyum semeringah muncul di wajah Rolly melihat pasangan muda yang muncul dengan harmonis di depannya. Bagaimana tidak, selama ini ia hanya sering melihat Kinan dan cucunya sering tidak akur kini berjalan berdua dengan saling bergandengan tangan dan duduk bersebelahan.
"Kinan, Kakek sangat merindukan kamu. Sudah lama kita tidak jumpa." Rolly John tersenyum hangat menatap Kinan.
"Kakek mungkin lupa, kita baru bertemu seminggu lalu. Waktu itu kakek yang menyarankan supaya aku dan Arveno segera melangsungkan pertunangan sebelum melangsungkan pernikahan." Kinan sengaja melirik ke arah trio perempuan yang kini menatapnya tidak senang. Puas, perempuan itu kemudian beralih menatap Arveno. "Sebenarnya, Arven sudah membelikan aku cincin pertunangan. Hanya saja, Arven ingin pertunangan dirayakan besar-besaran."
"Ha-ha! Itulah yang ingin kakek obrolkan dengan kamu dan Arven. Kakek ingin kalian mengadakan pesta pertunangan. Tapi sebelum itu, kamu Arven, sudah melamar Kinan di depan orang tuanya belum?" Tidak lupa Rolly John beralih menatap cucu sulungnya dengan tatapan bertanya.
Sebelum menjawab, Arveno menatap ke arah Kinan lebih dulu kemudian beralih menatap opanya.
"Aku sudah melamar Kinan di hadapan orang tuanya, Opa. Semua keluarga menyetujuinya, dan rencana pertunangan akan dilakukan dua minggu mendatang setelah melakukan semua persiapan." Arveno menjawab dengan lugas, membuat Kinan yang duduk di sebelahnya menatapnya terkejut.
"Kapan bos, melamar saya di depan orang tua saya?"
"Waktu kita pulang ke kota kamu," jawab Arveno. "Orang tua kamu sudah setuju."
Kinan mengerut keningnya. Setahunya, bapaknya akan mengikuti keinginan ibu tirinya untuk menolak lamaran Arveno. Tidak disangka pria yang berstatus sebagai ayah biologisnya setuju dengan lamaran Arveno.
Arveno mendekatkan bibirnya di telinga Kinan dan berbisik, "bapak kamu dapat tekanan dari keluarga besar, makanya beliau terpaksa menerima lamaran saya."
Mendengar bisikan itu, tanpa sadar Kinan tersenyum. Bapaknya memang berkuasa atas keluarga mereka, tapi bapaknya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kakak atau adik-adik dari pihak bapak ataupun almarhumah ibunya. Maka ketika seluruh keluarga sudah setuju, bapaknya yang menurut Kinan tidak adil itu pasti akan setuju.
"Bos, tahu dari mana kalau ayah saya sudah setuju?"
Arveno tidak menjawab dan menatap Kinanti penuh arti. "Tebak."
"Apa Bos menyimpan nomor keluarga saya? Uwak atau paman saya?"
"Semuanya."
Kinanti melebarkan matanya tidak percaya. Mungkin beberapa waktu saat mereka berada di Lampung, saat ia sedang sibuk, Arveno juga sibuk mendekatkan dirinya pada keluarga besarnya, pikir Kinanti.
"Pa, Papa yakin ingin menikahkan Arveno dengan sekretarisnya? Kenapa enggak berusaha untuk mencari perempuan yang sederajat dengan kita?" Intan yang sejak tadi diam akhirnya angkat suara. Tidak rela jika putranya menikah dengan perempuan acak seperti Kinanti yang bahkan keluarganya saja ia tidak tahu.
"Sederajat bagaimana? Mau yang 90 derajat atau yang 120 derajat?" celetuk Alta menatap Intan. "Lagian hari gini, masih mikirin soal derajat dan level. Sama-sama kaya juga belum tentu bahagia," tambahnya, bersikap dewasa.
Ini tentu saja mendapat acungan jempol dari Alvino yang tersenyum bangga pada perkataan adiknya.
"Wah, benar itu. Opa setuju dengan kamu, Alta." Rolly tersenyum manis. "Lagi pula, tidak perlu Kinan untuk menjadi orang kaya, yang penting bisa hidup bahagia bersama Arveno, itu saja sudah cukup."
"Tapi, Pa--"
"Intan, ada apa dengan kamu? Kenapa kamu mengatur apa yang diinginkan Arven? Terserah dia, mau menikah dengan siapa. Kamu juga enggak berhak untuk mengaturnya."
Sebenarnya Rolly ingin mengatakan pada Intan jika dia tidak berhak untuk mengatur Arven, karena status Arven, Alvin, dan Alta hanyalah anak angkat saja. Itu pun tidak dirawat langsung oleh Aldi dan Intan.
Intan yang akan menyela segera menundukkan kepalanya. Merasa kesal karena papanya tidak pernah memandangnya dengan baik.
Sementara Alia dan juga Amel hanya menjadi penonton. Tidak ada yang berani buka suara ketika ekspresi wajah Rolly John sudah tidak sedap dipandang lagi.
Acara makan malam kemudian berjalan dengan lancar. Jamuan ini juga untuk mempublikasikan hubungan antara Arveno dan juga Kinanti. Sudah ditentukan jika acara pertunangan akan dilakukan dua minggu mendatang dan acara tersebut akan diadakan di kediaman milik Roly John tempat mereka saat ini berada.
Setelah acara makan malam selesai, Rolly dan Arveno mengobrol bersama Alvino dan juga Aldi. Sementara Kinan sendiri sedang duduk di taman belakang karena tidak tahan untuk melihat bagaimana ibu dan anak juga satu wanita yang selalu menatapnya dengan sinis. Namun, sepertinya rencana Kinan untuk bersantai tidak berjalan mulus karena saat ini ketiga wanita yang berusaha ia hindari sudah berdiri dengan mantap di hadapannya.
"Kalian mau ngapain? Mau menyerang saya? Enggak takut kalau saya akan melapor ke kakek?"
"Cih! Belum apa-apa lo udah mau jadi pengadu domba. Lo kira, karena opa mendukung elo, lo bisa berbuat seenaknya?" Alia menatap sinis ke arah Kinan. "Dengar ya Kinanti busuk, Kak Arven enggak suka sama lo. Dia cuma enggak tega aja menolak permintaan Opa. Jangan besar kepala deh, lo. Lo tahu sendiri mantan pacar Kak Arven yang enggak bisa buat dia move on masih hidup dan kapanpun bisa mengambil posisi lo."
"Aduh, aku sungguh sakit hati dengan ucapan kamu, Alia." Kinanti memasang ekspresi sakit sambil menyentuh dadanya. "Tapi, sayangnya gue enggak. Mendingan lo pikirin sekarang gimana caranya lo bisa dapat duit banyak atau minimal cowok yang banyak duit deh. Soalnya kalau gue udah jadi kakak ipar lo, gue bakal minta sama Arven buat stop kirim lo uang bulanan."
Kinanti menyeringai senang saat melihat wajah Alia yang makin tampak marah. Namun, ia tidak peduli. Siapa yang menyuruh perempuan di hadapannya terus memprovokasi dirinya? Tidak ada.
"Heh, belum apa-apa kamu sudah berani mengancam anak saya. Saya doakan semoga kamu enggak berjodoh dengan Arveno. Biar mimpi kamu yang ingin menjadi istri orang kaya segera musnah."
"Ini satu emak-emak, ikut campur aja urusan orang. Dari pada mikirin saya, mending tante berpikir bagaimana caranya supaya Tante bisa hidup hemat waktu saya menikah dengan Arveno nanti. Seperti anak tante ini, saya juga akan memprovokasi Arveno, buat berhenti kirim tante uang bulanan."
"Kamu--"
"Udah, Tan. Ayo, kita pergi. Kita lihat dulu, sampai sejauh mana hubungannya dengan Arveno bertahan."
Amel melirik sinis pada Kinanti kemudian menyeret Intan dan juga Alia untuk pergi. Tak sengaja melihat ke arah kaca jendela, ia mendapati sosok Arveno yang tengah menatap ke arah mereka.
Sementara Kinanti yang ditinggal merasa puas karena berhasil membuat ibu dan anak itu marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] My wife My Secretary
ChickLitKinanti Darmawasa sudah bekerja hampir lima tahun di perusahaan Adijaya Grup yang dipimpin sahabatnya, Arveno Adijaya. Entahlah, Kinan--sapaanya--tidak tahu apakah Arveno menganggapnya sahabat atau tidak.Tapi, yang pasti dimana pun Arveno berada, d...