Bab 3
Kinan masuk ke dalam ruangan Arveno dengan membawa makan siang untuk pria itu. Ini Kinan masakkan khusus untuk pria tampan berwajah dingin itu.
Bukan apa-apa. Ini aksi Kinan masih dalam tahap untuk membujuk pria itu agar Arveno tidak jadi memotong gajinya bulan mendatang.
"Selamat siang, Bos. Makan siang higienis dan pastinya sehat serta mengenyangkan sudah saya persiapkan untuk bos." Kinan melempar senyum manis khas SPG yang menawarkan barang dagangan.
Dengan hati-hati Kinan meletakkan kotak bekal serta piring dan satu gelas minuman di atas meja yang terletak tak jauh dari meja kerja Arveno berada.
"Siapa yang suruh kamu membawa bekal untuk saya?"
Senyum Kinan membeku mendengar pertanyaan Arveno. Tapi, sejurus kemudian gadis itu tetap memaksakan senyum manis untuk tetap bertengger di bibirnya.
"Saya sengaja buat untuk bos. Biar sehat, Bos. Beli makanan di luar 'kan kebersihannya belum tentu terjamin. Tapi, kalau saya yang masak, dijamin deh pasti enak," kata Kinan mempromosikan masakannya."Oh, iya?" Arveno menatap Kinan dengan sebelah alis terangkat dan menatapnya dengan tatapan meremehkan.
"Iya, Bos." Kinan mengepalkan tangannya di sisi tubuh seraya tetap mempertahankan senyum manis.
Jika tidak sedang dalam misi pengubahan potongan gaji, mana mungkin Kinan akan tetap tersenyum seperti ini. Mungkin gadis itu akan dengan segera melempar wajah masam Arveno dengan sepatu hak tinggi yang tengah ia kenakan.
"Kalau begitu, saya ingin kamu membuatkan saya sarapan setiap pagi dan membawa saya bekal untuk makan siang. Bagaimana?" Arveno tetap mempertahankan wajah datarnya.
"Hah?" Ekspresi wajah Kinan terlihat kosong menatap Arveno seolah pria itu adalah pria paling idiot di muka bumi ini.
"Bisa?" ulang Arveno sekali lagi.
"Bos." Buru-buru Kinan menghampiri meja Arveno dan duduk di hadapan pria miskin ekspresi itu.
"Saya 'sih mau aja ya buat masakin bos setiap hari. Tapi, ya itu bos, saya enggak punya banyak uang buat beli bahan makanan untuk di olah." Kinan meringis sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kalau bos mau saya masakin setiap hari, bos harus ini--" Kinan menggerakkan jari telunjuk dan jempolnya di depan wajahnya sendiri seolah memberi Arven kode.
"Enggak masalah. Tiga juta dalam satu bulan, dan dua juta buat bonus tambahan. Bagaimana?"
Bola mata Kinan berbinar senang. Dua juta adalah bonus untuknya. Tiga juta adalah bahan olahan makanan. Lalu, Kinan tersenyum lebar. Dirinya berencana untuk memangkas jatah tiga juta itu agar bisa hemat dan ia bisa menumpang untuk makan gratis. Rencana matang tersebut membuat Kinan tersenyum lebar. Namun, rencana tersebut harus buyar ketika mendengar suara dingin Arveno.
"Saya enggak suka makan daging ayam dalam dua hari. Usahakan setiap hari menu harus berganti. Daging sapi, ayam, kerbau, dan ah iya, olahan laut juga." Arveno bergumam. "Saya alergi tempe dan tahu. Usahakan makanan saya enggak ada menu itu di dalamnya."
Kinan tercengang dengan mulut terbuka lebar.
"Ah, minumnya juga saya biasa minum yang seperti kamu pesan. Saya enggak suka minum kopi instan yang seribuan."
"Bos enggak sekalian saja suruh saya jadi asisten rumah tangga di apartemen bos?" Kinan berseru dengan mata melotot tak terima.
"Jika kamu tertarik." Arveno bergumam seraya menatap Kinan datar. "Saya menggaji asisten saya dua juta dalam satu bulan," lanjutnya, membuat Kinan mendesah frustrasi.
"Potong gaji gue bulan ini enggak masalah. Gue malas berurusan dengan bos tanpa hati seperti lo." Kinan bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju meja tempat ia meletakkan barang bawaannya tadi.
"Mau kamu bawa ke mana itu?" tanya Arveno. Tubuhnya bersandar di kursinya dengan tangan terlipat di dada.
"Ke perut saya yang berharga. Perut saya lebih membutuhkannya dari pada perut monster berwajah tampan sepertimu." Kinan menyahut ketus. Gadis itu keluar dari ruangan Arveno dengan wajah tertekuk. Tidak ia pedulikan sopan santunnya pada atasan yang menyebalkan serta menjengkelkan seperti Arveno Adijaya.
Sementara Arveno yang ditinggalkan dalam ruangannya seorang diri menarik sudut bibirnya sedikit atas hiburan yang sudah diberikan gadis itu padanya.
Arveno tahu mengapa gadis itu bersikap seperti kucing manis yang menggemaskan dan Arveno berhasil menang melawan gadis itu secara diam-diam serta membuatnya jengkel.
Sementara itu di luar ruangan.
Kinanti baru saja meletakkan kotak bekal serta perkakas makan lainnya di atas meja kerjanya saat tatapan mata gadis itu melihat satu sosok yang sangat ia hormati dalam hidupnya melebihi ketika ia menghormati ayah kandungnya sendiri.
Satu sosok yang selalu ada untuknya dan menjadi walinya ketika ia menerima buku nilai dan penghargaan selagi ia sekolah menengah atas sampai ke bangku kuliah.
Satu sosok pria yang akan membagi tubuhnya ke tiga kelas setiap pembagian laporan nilai.
Kelasnya, kelas Arveno, dan kelas Alvino.
Dia, Rolly Jhon. Pak Tua berwajah sangar dan berhati malaikat bagi Kinanti Damaswara.
Dia adalah kakek kandung dari kedua sahabat kembarnya Arveno dan Alvino.
"Selamat siang, Kakak Tua. Apa kabar? Sehat?" sapa Kinanti dengan senyum ramah yang menghiasi wajah cantiknya.
Kakak Tua adalah panggilan khusus yang diberikan Kinan pada Pak Tua. Katanya Pak Tua tidak mirip kakek-kakek, tapi lebih tepatnya pria muda yang gagah.
Sedangkan Pak Tua terkekeh menyambut sapaan yang terlalu ramah dari gadis yang sudah ia anggap seperti cucu sendiri itu.
"Saya baik, Kinan. Bagaimana dengan kamu? Kamu tampak bahagia sekali," ujar Pak Tua seraya tersenyum lembut. Mendengar ucapan Pak Tua yang seolah tengah menyindirnya, Kinan langsung cemberut.
"Kakak Tua jangan buat mood Kinan makin hancur deh. Bahagia dari mana? Justru yang ada Kinan lagi terkena yang namanya syindrom maju apes, mundur juga mampus," katanya setengah merajuk.
"Eh? Bagaimana bisa?" Pak Tua terlihat tertarik. Pria tua yang masih tampak gagah dan bugar itu mengambil posisi duduk di depan Kinan dan meminta gadis itu memceritakan apa yang membuatnya kesal.
"Kakak tahu? Gaji aku di potong dua puluh persen bulan ini," cerita gadis itu mulai menggebu-gebu.
"Oh, iya?" Kening Pak Tua mengernyit. "Kenapa bisa begitu?"
Kinan menceritakan asal mula mengapa gajinya dipotong kemudian berlanjut ketika ia akan membuat hati Arveno bahagia dengan bersikap manis siapa tahu Arveno akan berbaik hati menarik ucapannya yang akan memotong gajinya. Lalu, terakhir Kinan menceritakan bagaimana Arveno membuat penawaran dengannya. Hal tersebut yang membuatnya sebal bukan main sampai saat ini.
"Ha-ha. Kenapa kamu enggak lamar dia aja sekalian jadi suami kamu? Uang bulanannya besar lho," ujar Pak Tua disambut bibir manyun Kinan.
"Jadi ART dia saja Kinan enggak mau. Apalagi jadi istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] My wife My Secretary
ChickLitKinanti Darmawasa sudah bekerja hampir lima tahun di perusahaan Adijaya Grup yang dipimpin sahabatnya, Arveno Adijaya. Entahlah, Kinan--sapaanya--tidak tahu apakah Arveno menganggapnya sahabat atau tidak.Tapi, yang pasti dimana pun Arveno berada, d...