Junkyu berjalan dengan pelan menyusuri lorong panjang sebuah rumah sakit.
Sudah 3 tahun dirinya rutin seminggu sekali berkunjung ketempat ini.
Junkyu berhenti disebuah kamar dan menatap kearah perempuan yang sedang duduk menghadap jendela.
Rambutnya sudah tidak seindah dulu, wajahnya tidak menyiratkan kebahagian seperti dulu.
"bagaimana keadaannya selama seminggu ini sus?" tanya Junkyu.
"beberapa kali dia sempat mengamuk hingga dia harus dikurung diruang isolasi selama semalam" jawab suster.
"saya bisa masuk ke dalam?" tanya Junkyu.
"bisa, tapi tolong jangan memancing emosi kemarahannya Tuan"
Junkyu mengangguk.
Junkyu masuk ke dalam kamar rawat tersebut dan memandang sendu perempuan yang hampir membahayakan nyawa anaknya 6 tahun lalu.
"Kanaya" panggil Junkyu.
Perempuan yang dipanggil menoleh kearah sumber suara.
"bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Junkyu.
Junkyu bisa melihat bahwa sebelah tangan Kanaya diborgol ke tepi ranjang.
"kau mengamuk lagi?" tanya Junkyu pelan.
Yang diajak berbicara hanya merespon dengan tawanya.
Junkyu tidak pernah menyangka bahwa Kanaya harus dirawat dirumah sakit jiwa karna kesehatan mentalnya yang Down pasca putusan pengadilan menghukumnya selama 35 tahun penjara atas percobaan pembunuhan terhadap anak balita.
Junkyu mengelus pelan rambut yang kusut ini.
"Haruto.. Hihihi Haruto.."
Junkyu menatap sendu Kanaya yang tiada henti menyebut nama suaminya itu. Biasanya dia berkunjung dengan Haruto, tapi hari ini Haruto ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan.
"Haruto sedang bekerja, dia belum bisa kemari untuk menjengukmu" ucap Junkyu pelan.
"hihihi aku cinta Haruto.. Hihihi"
Dalam hati kecil Junkyu merasa hal ini tidak adil untuk Kanaya, walaupun kesalahan yang dia perbuat tidak bisa dibilang hal sepele.
Junkyu mengambil sisir yang dia taruh di dalam laci nakas disana. Menyisir dengan pelan rambut panjang Kanaya.
"Nay.. Potong rambut yuk, ini udah panjang.." ucap Junkyu.
Suster yang berjaga disana membantu Junkyu untuk memotong rambut Kanaya. 6 bulan sekali Junkyu akan memotong pendek rambut sahabat suaminya ini.
Tidak butuh waktu lama untuk memotong rambut Kanaya, karna dia sendiri juga hanya diam sambil tertawa - tawa pelan.
Setelahnya Junkyu menyisir kembali rambut Kanaya yang sependek bahu.
Junkyu juga mengelap tangan, kaki dan wajah Kanaya dengan tisu basah.
"Haruto.. Hiks.. Haruto.. Haruto gak cinta Naya Hiks.. HARUTO GAK CINTA NAYA!"
Teriakan Kanaya membuat Junkyu memeluknya dengan pelan.
"DIA GAK CINTA SAMA NAYA! DIA BENCI SAMA NAYA! NAYA JAHAT! NAYA UDAH JAHAT! NAYA HARUS MATI! HARUS MATI!"
Junkyu menahan semua pergerakan Kanaya yang memberontak. Kanaya sudah ingin membenturkan kepalanya ke dinding.
Rasa bersalah yang dia rasakan dulu membuat mentalnya terganggu.
"Nay.. Cukup Nay.. Kamu gak jahat.. Kamu gak jahat.. Jangan kayak gini lagi" ucap Junkyu.
Kanaya mengamuk, dia menangis dan berteriak histeris. Suster disana dengan cepat menyuntikkan obat penenang untuk Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (END)
FanfictionSomeone who finds joy and peace of mind during rainy days...