Tiga Puluh

4 0 0
                                    

Rahasia yang terbongkar

|||

Tolong sayangi diri sendiri. Jangan selalu khawatir dengan orang lain, padahal diri sendiri terluka, hingga tak ada yang menyadarinya. Karena bagaimanapun, kamu juga berharga.

°°°°

"Maksud lo apa ngomong gitu, hah?!" seru Reani yang langsung marah. Seakan ketakutannya terjadi.

Frando tetap berusaha tenang. "Kak Sora hilang?" tanyanya kepada Edno.

"Dia tadi pamit buat ke toilet. Ya udah, gue nunggu di antara rak-rak buku itu, gak mungkin juga gue ikutin. Tapi karena terlalu lama nunggu, jadi gue cek ke toilet, malah gak ada," jelas Edno yang masih panik dan kebingungan.

Frando mendengus kesal mendengarnya. Ia akhirnya ikutan panik.

"Tapi dia chat, kita disuruh nunggu diluar, dan itu baru lima menit yang lalu," ujar Reani yang heran.

"Dia izin ke toilet udah setengah jam yang lalu," timpal Edno yang makin heran.

Frando berdecak. "Jangan sampai perkiraan gue bener," ujarnya sambil mengacak rambutnya gusar.

Ting!

Suara dari ponsel Reani berbunyi menandakan pesan WhatsApp masuk. Matanya melotot kaget melihat isi pesan itu.

"Sial," desis Reani yang membuat kedua pria di sampingnya kaget.

"Kenapa lo?"

"Lo gak perlu ikut, biar gue yang ngurus ini," ucap Reani mengambil langkah. Namun, dihentikan oleh Frando.

"Apa maksud lo?!" ujarnya tak terima. "Dia kakak gue dan gue perlu tahu," lanjutnya lalu melihat ponsel yang berada ditangan Reani. "Apa isi pesannya sampai lo kayak gini."

Reani berdecak kesal. "Bukan urusan lo," ujarnya gak kalah sengit. "Sora cuma dijadiin umpan, biar gue lebih sengsara," gumamnya pelan.

"Hah?"

Setelah perdebatan itu, Reani bergegas menuju tempat yang berasal dari chat yang ia dapatkan. Jika terjadi apa-apa pada Sora, mungkin Reani tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dengan segala skenario yang melayang dikepalanya dan juga kekhawatiran berlebihan membuatnya semakin gemetar-gelisah- .Namun, disisinya masih ada Frando juga Edno yang mengikuti.

Frando yang menyadari kegelisahan Reani, mencoba untuk menenangkannya. Genggaman yang berasal dari lelaki itu, membuat Reani menoleh.

"Ini yang rencananya mau pergi sendirian?" Frando berkata lembut seolah menghipnotis yang ditanya. Reani menatapnya bingung. "Kalau lo takut, lo bisa ngandalin gue," lanjutnya sambil mengelus genggaman mereka.

Sedangkan Edno terpaku dengan isi kepalanya. Segala rasa bersalah dan rasa gagal melindungi tercampur aduk. Padahal, ia ingin menjadi superhero bagi Sora seperti mereka kecil dulu, tetapi nyatanya ia tak berdaya. Tak satupun hal yang ada di diri Sora yang bisa ia lindungi, bahkan sekedar mengenal Sora yang sekarang saja dia masih jauh dari kata kenal.

Hingga akhirnya mereka bertiga sampai di sebuah rumah kosong yang terletak ratusan meter dari gramedia. Tidak bisa dikatakan rumah, lebih tepatnya gedung yang belum selesai di buat namun tampak ditinggalkan bertahun-tahun.

"Ini tempatnya?" tanya Frando yang dijawab anggukan oleh Reani.

"Dia minta gue sendiri yang kesini, jadi gue mohon, biarin gue dulu yang masuk. Kalau udah terlalu lama, kalian baru masuk," pinta Reani yang juga melepaskan genggaman Frando.

Second SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang