Empat

103 49 34
                                    

Jangan lupa klik bintang di ujung kiri bawah ya gais apalagi ngasih komen dan share ke temen kamu. Itu sangat berarti untukku❤️

——————Happy Reading—————

Gapapa

|||

Saking pintarnya menutup luka, hingga jika jawabannya gapapa, orang pada percaya.

°°°

Gemintang malam menemani Sora yang belum tidur. Ia terduduk menghadap jendela besar yang menampakkan langit malam beserta gedung pencakar langit. Bulan sabit melengkapi keindahan pemandangan malam yang telah larut itu. Padahal hari telah berganti, tetapi mata Sora tetap susah ditutup agar tertidur. Bahkan yang ia lakukan sejak tadi hanya terduduk bengong menatap jendela itu.

Lampu kamar telah ia matikan sejak tadi. Hingga yang menyinari seluruh kamar hanyalah lampu tidur disamping tempat tidurnya dan cahaya malam yang menyelinap masuk. Sudah larut, tetapi tubuh Sora enggan untuk berdiri setidaknya menutup jendela kamar besar itu dengan tirai. Pikiran Sora kosong, seperti dirasuki sesuatu.

Setelah bengong tak jelas kira-kira selama lima menit, Sora mulai mengedipkan matanya. Menghembuskan napas. Kemudian, otaknya berlari ke masa dimana ia menunggu Tirta di kolam renang. Kilatan ingatannya itu sedikit membuatnya penasaran. Sampai pada akhirnya ketika ia mendengar suara orang yang menceburkan diri ke kolam, ingatannya seolah rusak. Kepalanya terasa sakit. Sangat sakit. Membuatnya kian menerka siapa.

Bukannya semakin lelah, malah semakin terang matanya untuk terjaga. Pikirannya tetap berjalan tanpa ia pinta. Mengulang kejadian itu seperti kaset rusak. Mengapa susah sekali mengingat hal itu? Apa hal yang membuatnya sampai lupa begini? Mengapa Randa sampai peduli akan dirinya saat dia berada di kolam?

Tanpa sadar, sekeras ia mengingat, sekeras itu pula akhirnya ia terlelap.

Ingatan itu kembali terulang. Kini terasa sangat jelas. Nyata. Sora yang menunggu Tirta dan tiba-tiba Randa menyelami kolam tempat ia menunggu. Sampai pada akhirnya, Randa yang mencelupkan kepala ke dalam kolam.

Sekarang, ingatan itu menjadi boomerang padanya, terulang-ulang tanpa dipinta. Persis seperti kaset rusak.

Tok! Tok!

"KAK! BANGUN WOI! UDAH PAGI!" seru Frando dibalik pintu kamar Sora.

Sontak mata Sora terbuka, ia mengerjapkan matanya. Membiarkan sedikit kesadaran masuk kedalam dirinya. Sora menghela napas berat. "Iyaa!" jawab Sora yang masih rebahan di tempat tidurnya.

Sora menatap kepada jendela besar yang ternyata tak ia tutup dari semalam. Haduh, ceroboh banget aku batinnya.

Ia mulai terduduk. Mengumpulkan energi yang ia punya untuk bisa benar-benar dalam keadaan bangun. Ia melihat ke sekeliling. Kamar yang lumayan besar, lengkap dengan kamar mandi dan perpustakaan kecil di dekat meja belajarnya. Kamarnya lebih banyak didominasi oleh kaca-kaca lebar.

Didekat meja belajar, ada jendela kecil yang mengarah ke rumah tetangganya sejak kecil; Tirta. Tempat dimana sapaan pagi sebelum berangkat sekolah. Tempat dimana saat pertemuan yang sulit dilakukan karena sama-sama sibuk dengan sekolah masing-masing. Susah memang, jika sudah berbeda sekolah. Ribet! Mereka hanya bisa saling tatap, tanpa bicara. Mereka terlalu takut untuk berbicara karena takut jikalau didengar oleh keluarga masing-masing, lebih ke keluarga Tirta yang lebih memusuhi keluarga Sora. Maka dari itu, mereka hanya bisa berbicara lewat chat, lalu saling senyum di kamar masing-masing.

Second SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang