Delapan Belas

19 1 0
                                    

Fobia

"Batin yang lemah lebih mudah mematikan diri sendiri daripada fisik yang lemah."

|||

Esoknya...

Aneh.
Sangat-sangat aneh.

Namun juga menyenangkan bagi cowok yang duduk di kelas enam SD ini. Walaupun terlihat bahkan terdengar tidak masuk akal itulah yang terjadi.

Begini, padahal ia cuma ingin ngumpet di kamar orang tuanya saat bermain dengan Erinna. Anehnya ketika menutup gorden jendela kamarnya. Kamar itu berubah menjadi terang lalu membentuk tangga menuju ke atas langit.

Bukan. Bukan lagi menuju langit.

Karena ini bukan lagi seperti bumi. Tapi tempat yang entah dimana. Randa kecil hanya merasa aneh sekaligus penasaran dengan apa yang ia lihat.

Melihat itu ia mencoba menaiki tangga itu satu persatu hingga akhirnya menuju sebuah tempat yang ia pijak seperti awan. Dengan langit yang berwarna biru ke abu-abuan.

Lalu tiba-tiba anehnya seorang anak cewek muncul di depan Randa dengan jarak yang lumayan jauh. Anak yang sepertinya seumuran Erinna, pikirnya.

Gadis kecil itu terlihat senang melihat keberadaan Randa kecil di tempat itu. Ia berlari mendekati Randa, namun sayangnya, seperti ada sebuah kaca bening yang membatasi diantara mereka.

Randa kecil yang awalnya cuma diam akhirnya mengernyitkan dahi bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?

Gadis kecil itu tetap terlihat ingin menembus kaca itu sehingga tangannya menepuk nepuk kacanya. Tapi percuma, kacanya tak ngaruh sama sekali.

Lalu tiba-tiba ada kabut asap yang datang dibalik kaca itu dan muncul seorang pria paruh baya mendekati gadis itu.

Sama dengan Randa, gadis kecil itu sangat terkejut. Seperti yang Randa lihat, gadis itu berbicara dengan pria itu, hanya saja ia tak bisa mendengarkan apapun.

"Randa?"

Randa kecil mengalihkan perhatian nya dari gadis itu langsung berbalik badan menatap seseorang yang memanggilnya.

"Bunda?" ujar Randa terkaget sekaligus senang dan berlari menghampiri sang bunda.

"Bunda, ini dimana?"

Nia, sang bunda hanya tersenyum kecil lalu menggapai tangan Randa.

Setelah itu, Randa terbaring di kamar orangtuanya. Lalu terbangun dengan mengucek matanya.

Mata Randa menjelajahi setiap sudut kamar. Eh aku ketiduran tadi pas ngumpet ya? bantinnya dengan sesekali menguap kecil.

Seolah semua yang terjadi itu tidak pernah terjadi.

Sekarang, Randa sangat bingung dengan mimpi yang baru saja ia alami. Kenapa sejak datang nya Sora dihidup nya. Mimpinya bukan lagi yang dijembatan itu. Namun memimpikan segala hal yang aneh.

Kenapa?

Randa beranjak dari tempat tidurnya, lalu membersihkan diri di kamar mandi. Menjernihkan pikiran nya, atau mencoba mencari jawaban atas kepingan mimpi yang datang akhir akhir ini. Tapi sayang, semua tidak ada jawabannya.

Semua ini sangat membingungkan, dia saja tak percaya bahwa dia menaiki tangga dan tiba di tempat yang tidak masuk akal. Bahkan sepertinya tidak ada di dunia ini.

Ah, menyebalkan. Semua benar abu-abu. Tak jelas benarnya.

Setelah merasa bersih dan rapi, ia pun keluar asrama menghirup udara dari pohon-pohon besar didepannya.

Second SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang