Steven melajukan mobilnya dengan kecapean tinggi sembari sengotak-atik isi ponselnya untuk mencari kontak seseorang yang akan ia hubungi.
Tubuhnya bergetar kuat bersamaan dengan peluh dingin yang mengalir di sebagian pelipisnya, serta di selimuti perasaan gelisah dan kekhawatiran yang menjalar di benaknya.
Tak lepas sedari tadi memikirkan sosok gadis yang berhasil menghantui pikiranannya, ia tak henti-hentinya merapalkan semacam do'a agar kemungkinan-kemungkinan buruk yang ada dibenaknya tak bener-bener terjadi.
Bugh!
"Aish! Kenapa gak aktif, sih?!" Steven memukul stir mobilnya dengan kuat untuk melampiaskan kekesalan karena panggilan di sebrang sana selalu tidak dapat dihubungin.
"GPS!" pekiknya kala mengingat aplikasi pelacak yang ia pasangkan pada ponsel gadis itu untuk memantau ke mana saja gadisnya pergi. Namun sayangnya, Steven kembali merasakan kekecewaan yang pahit karena Handphone gadis itu benar-benar tidak aktif.
Steven menepikan mobilnya saat mobil itu telah sampai di depan gerbang sebuah rumah minimalis yang berukuran lumayan besar. Ia turun dari mobilnya lantas berjalan menuju seorang lelaki yang sedang menatap ke arahnya juga, "Pak amir, dia udah pulang?" tanya Steven pada lelaki itu yang di yakini adalah seorang satpam di rumah ini.
"Tadi sudah pulang, den Steven, tapi pergi lagi."
Steven menghela napas berat lantas kembali bertanya, "pergi ke mana?"
"Saya kurang tahu den, tadi saya masih makan siang di belakang," ucap pak amir dengan lembut.
"Ya udah, nanti kalau dia udah pulang kabari saya ya, pak."
"Baik den."
Steven kembali berjalan memasuki mobil, lantas ia pun menyadarkan punggungnya saat telah sampai di dalam mobil, kemudian memijat pangkal hidungnya sembari memejamkan matanya sejenak. "Tuh, anak ke mana lagi, sih..."
Cukup lama keheningan yang ia ciptakan di dalam mobil, "kalung?!" ujar Steven lantas membuka matanya dengan cepat kala mengingat sesuatu yang pastinya terlupakan oleh Steven.
Steven tahu di mana gadis itu berada.
Tangannya menyambar kembali ponsel yang tergeletak di sampingnya untuk mengecek aplikasi pelacak kedua yang ia pasangkan pada kalung sang gadis. "Ketemu!" pekik Steven kemudian menyalakan mobilnya lalu beranjak pergi dari kediaman sang gadis menuju tempat yang baru saja ia temukan.
Aplikasi pemantau itu Steven pasang bukan kerena tidak adanya alasan, Steven tahu betul jika kekasihnya itu sangat diincar oleh sebagian musuhnya, seperti Justin contohnya. Maka dari situlah Steven terpikir untuk selalu memantau ke mana gadis itu pergi dan di mana saja kekasihnya itu berada.
🔒
Steven mengedarkan pandangan sekeliling pengunjung yang ada di dalam restoran itu untuk mencari keberadaan seorang gadis yang sedari tadi ia cari. "Syukurlah," Steven menengadahkan kepalanya dengan menghela nafas lega saat telah berhasil menemukan tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Romance𝙎𝙩𝙚𝙫𝙚𝙣 𝘿𝙖'𝙚𝙡𝙜𝙖𝙯𝙖 𝙈𝙖𝙞𝙙𝙚𝙡 Lelaki berparas tampan dengan tatapan dingin itu begitu menjaga privasi kekasihnya dari sang musuh. Sehingga tidak ada yang tahu persis, gadis mana yang kini sedang ia kencani. "Kalo gua menang, serahin c...