Gui kira Steven akan membawanya ke rumah orang tua lelaki itu, karena tadi pagi sebelum berangkat ke kampus Gui mendapatkan pesan dari Steven agar menginap di rumah orang tuanya. Namun, dugaannya salah. Lelaki itu malah membawa Gui ke villa di pinggir kota yang di berikan kedua orang tua Steven untuk dirinya.
Gui menduduki dirinya di atas pinggiran kasur sembari memandang lurus balkon kamar dengan tatapan yang kosong. Entah apa yang sedang gadis itu pikiran sehingga tidak menyadari bahwa sang kekasih telah berada di sampingnya.
"Zelly?"
Gui menoleh dengan raut wajah yang tiada ekspresi. Mata gadis itu tampak berkaca-kaca, hidung yang memerah, serta sembab pada bagian matanya.
"Kenapa?"
"Are you okey, baby?"
Gui tampak berusaha menyembunyikan kesedihan dengan perlahan mengangkat sudut bibir yang terasa sedikit kaku. "Kamu mandi dulu, gih? Aku mau ke bawah bikinin makan malam, kamu pasti belum makan 'kan?" lihat lah gadis ini mengalihkan topik pembicaraan untuk menutupi kesedihannya.
Gui sengaja tak ingin menjawab pertanyaan dari Steven karena itu akan memancing dirinya untuk kembali menangis, dan ia juga tak ingin terlihat seperti gadis yang lemah di mata kekasihnya itu.
Gui berdiri dari tempat duduknya hendak melangkah keluar kamar untuk menuju dapar. Namun, belum sempat kaki itu bergerak dengan sangat gesit Steven mencekal tangan Gui, lantas meraih pinggang ramping gadis itu pun kemudian membawanya duduk di atas pangkuan Steven.
"Kamu gak pinter nyembunyiin masalah, Zelly," Steven berujar lembut sembari menyelipkan anak rambut sang kekasih ke tepi telinganya.
"Aku mau masak, Steven..."
"Guizellyn?" panggil Steven dengan suara yang berat. Mata itu sayu dengan menatap lekat gadisnya.
"Iya?"
"Kenapa selalu nyembunyiin masalah kamu dari aku? Hm?"
Gui menatap manik Steven sembari menautkan kedua alisnya. "Aku gak kenapa-napa kok, Hoonie..."
"Kamu gak sekuat itu buat nyembunyiin semuanya dari aku, aku kenal kamu, Guizellyn." Steven berkata jujur, ia sangat tahu bagaimana gadis manis ini menyembunyikan masalahnya, yang terlihat kuat di luar. Namun lemah di dalam.
Bagaikan sebuah mantra, kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu mampu membuat pertahanan Gui menciut. Lihat lah bagaimana gadis manis itu memeluk erat sangat kekasih kemudian menenggelamkan wajahnya ke dalam tengkuk Steven.
Steven tersenyum kecil kemudian mengelus surai hitam serta punggung Gui. "Nangis aja, jangan ditahan."
Suara tangisan Gui menggema di dalam kamar dengan lampu yang sedikit remang-remang. Dada Gui terasa sesak serta tenggorokannya seperti ada sesuatu yang menyangkut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Romance𝙎𝙩𝙚𝙫𝙚𝙣 𝘿𝙖'𝙚𝙡𝙜𝙖𝙯𝙖 𝙈𝙖𝙞𝙙𝙚𝙡 Lelaki berparas tampan dengan tatapan dingin itu begitu menjaga privasi kekasihnya dari sang musuh. Sehingga tidak ada yang tahu persis, gadis mana yang kini sedang ia kencani. "Kalo gua menang, serahin c...