Sesuai janji Steven tadi pagi jika ia akan menemani sang kekasih untuk menjenguk Maira di rumah sakit.Guizellyn menduduki dirinya di atas kursi yang ada di dalam ruangan ICU di mana adeknya di rawat. Di tatapnya gadis malang yang kini terbaring lemah di atas brankar serta banyaknya selang yang terpasang di sekujur tubuh Maira.
Tak dapat berkata-kata lagi dengan kondisi yang di alami adeknya saat ini, sangat menyedih. Dengan perlahan Gui meraih tangan pucat sang adek lalu mengelusnya dengan sayang. Bagaikan tenggelam di dasar laut kemudian tak dapat kembali lagi ke daratan, dada Gui terasa sesak manakala menggenggam tangan dingin milik Maira.
"Maira... Siapa yang udah tega nyakitin kamu, dek?" Jika boleh jujur, Gui ingin menanyakan banyak hal kepada gadis yang sedang berbaring tak sadarkan diri itu. Namun, ia sadar jika Maira tak akan bisa menjawab pertanyaan darinya.
"Maafin kakak Maira, kakak terlalu sibuk sama urusan sendiri, sampai gak tahu apa yang sedang kamu alami."
Lirih yang Gui ucapkan terdengar bergetar bersamaan dengan kepalanya yang tertunduk. Air mata yang sedari tadi membendung pun ikut mengalir tanpa di pandu di atas pipi lembut gadis bergigi gingsul itu.
Rasa sesal dan bersalah kini menyatu dalam hati yang gelisah. Gui tak tahu kenapa ia sangat bodoh karena tak memperhatikan Maira hingga gadis itu sampai di larikan kerumah sakit. Siapa yang mempunyai masalah hingga tega menyakiti Maira sampai seperti ini.
Gui menghapus air matanya dengan kasar sebelum ia berujar. "Kakak janji, kakak bakalan cari tahu siapa yang udah tega nyakitin kamu, dan kakak janji bakal balas mereka dengan setimpal."
Setelah ia mengucapkan kalimat itu pun tangannya bergerak untuk mengelus kening Maira. "Cepat sembuh ya, dek. Kakak gak bisa lama-lama di sini, takutnya nanti mama datang. Mama pasti bakalan marah kalau tahu kakak jengukin kamu."
Pilih kasih bukanlah hal yang baru bagi Gui, karena sedari kecil ibunya itu sudah membedakan kasih sayang antara dirinya dan Maira. Entah apa sebabnya, sehingga setelah papa Gui meninggal dunia, ia tidak di perbolehkan lagi untuk tinggal serumah bersama Maira dan mamanya.
🔒
"Udah selesai?" tanya Steven tatkala Gui baru saja keluar dari ruang ICU.
Gui mengangguk sembari tersenyum, kemudian tangannya bergerak untuk merangkul lengan berotot sang kekasih. "Kepala aku pusing," ucap Gui seraya merebahkan kepadanya di lengan Steven.
Steven spontan menoleh. Tangannya bergerak menyentuh kening Gui untuk memastikan jika sang kekasih sedang demam atau tidak. "Badan kamu panas banget, by."
Steven akui, akhir-akhir ini Gui memang sangat sering terserang demam jika dirinya terlalu kecapean dan banyaknya beban pikiran.
"Kita berobat dulu, ya? Mumpung lagi di rumah sakit," ajak Steven yang sangat khwatir dengan kondisi Gui.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Romance𝙎𝙩𝙚𝙫𝙚𝙣 𝘿𝙖'𝙚𝙡𝙜𝙖𝙯𝙖 𝙈𝙖𝙞𝙙𝙚𝙡 Lelaki berparas tampan dengan tatapan dingin itu begitu menjaga privasi kekasihnya dari sang musuh. Sehingga tidak ada yang tahu persis, gadis mana yang kini sedang ia kencani. "Kalo gua menang, serahin c...