17: KEBIASAAN BURUK

786 97 18
                                    

Steven meletakkan martabak kacang dan juga seblak yang sudah dipesankan oleh Gui ke atas meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Steven meletakkan martabak kacang dan juga seblak yang sudah dipesankan oleh Gui ke atas meja makan. Lantas, dari dapur ia menoleh ke lantai dua menatap pintu kamar yang tertutup dengan rapat.

Mengingat jam sudah menunjukkan pukul 12.14 malam, ia pun mengurung niat untuk berteriak memanggil Gui dari lantai bawah, lantaran takut jika Sang kekasih sudah tertidur.

Steven membawa tungkainya menuju lantai dua dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara apa pun. Setibanya lelaki itu di depan pintu kamar. Tangan besar berotot itupun dengan perlahan membuka kenop pintu.

Saat pintu telah berhasil di buka, seorang perempuan tiba-tiba saja muncul dari balik kamar mandi. "Loh? Belum tidur?" Tanya Steven. Lelaki itu sedikit memiringkan kepala saat menatap perempuannya hanya mengenakan handuk sebatas lutut yang melingkar di tubuhnya.

Gui tidak menjawab pertanyaan dari Steven lantas berjalan melewati sang empu menuju lemari pakaian.

Tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Gui, Steven pun membawa tungkainya menuju nakas di samping ranjang untuk meletakkan beberapa barang seperti ponsel dan juga dompetnya sembari bertanya kembali. "Habis dari mana kamu kok baru mandi jam segini?"

"Gak dari mana-mana kok, cuma lagi gerah aja," jawab Gui dengan ketus. Sehabis memakai baju, Gui pun berjalan menuju meja rias untuk memakai skincare di wajahnya.

"Kamu marah sama aku karena ngelarang kamu pergi?" Tanya Steven kala mendapati jawaban ketus dari Gui.

"Menurut kamu?" bukannya menjawab, Gui malah kembali bertanya mengenai pendapat Steven.

Steven tidak ingin menjawab pertanyaan itu karena tahu pasti akan berujung dengan pertengkaran. Alih-alih memberi pendapat, Steven malah berencana mengajak Gui ke bawah untuk memakan martabak yang sudah dia belikan tadi sebagai pengalihan. Namun, saat ia ingin menoleh ke belakang, lelaki itu terpaksa menghentikan langkahnya disaat manik indahnya tak sengaja melirik ke atas kasur yang terdapat lumayan banyak bercakan darah di atasnya.

"Gui?" panggil Steven dengan lirih.

"Hm, kenapa?" Tanya Gui tanpa menoleh ke sang empu yang memanggilnya. Steven tidak mengeluarkan suara lagi lantas tergesa-gesa berjalan ke arah Gui dan meraih tanggan wanitanya secara paksa. "Kamu apa-apaan sih, Ven?!" Hardik Gui tak terima sebab Steven meraih tangannya secara kasar.

"Kapan? Dan kenapa ngulang lagi?" tanya Steven. Mata lelaki itu memancarkan khawatiran dan raut marah secara bersamaan. Seakan mengerti ke mana arah maksud dari pertanyaan Steven, Gui pun memilih diam lantas menundukan kepalanya.

"Ikut aku!" Steven membawa Gui untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar, lalu ia pun berjalan menuju nakas dengan tergesa-gesa, dan mengambil sesuatu dari dalam laci kemudian ikut duduk di samping Gui.

Perempuan itu tidak mengeluarkan suara seraya fokus menatap gerak-gerik sang kekasih. "Sini tangan kamu!" Gui menurut, lantas mengulurkan tangannya ke hadapan Steven agar sang lelaki dapat mengobati lukanya. Benar sekali. Perempuan itu telah menyayat tangannya dengan sengaja menggunakan cutter yang tajam.

CRAZY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang