Setelah mendapat kabar dari Steven bahwasanya sang adek sudah siuman. Malam itu juga Gui meminta Steven untuk mengantarnya bertemu dengan Maira.
Karena kondisi Maira yang sudah lumayan membaik, ia pun kini sudah di pindahkan ke ruang inap.
Gui menatap Maira dengan tatapan haru, ia tak tahu harus menggambar rasa syukurnya karena begitu senang. Gui terus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan Maira kemudahan dalam melewati masa kritisnya.
Namun, berbeda dengan Miara. Gadis yang kini berbaring di atas branker itu tak pernah lepas menatap Gui dengan tatapan datar. Tidak bisa berbohong, mata gadis itu terus memancarkan kebencian yang ia lemparkan kepada Gui. "Ngapain lo ke sini?" spontan Maira melontakan pertanyaan yang membuat Gui terdiam mematung.
"Apa gua salah kalau mau jengukin lu?" Tanya Gui. Hatinya sakit mendapiti Maira melontakan pertanyaan yang begitu prontal. Salahkah ia ingin menjenguk Maira? Kenapa ia selalu mendapatkan perlakuan seperti itu dari orang yang ia sayangi.
"Lo tahu 'kan? Kalau gua benci sama lo!"
"Maira, please... Gua cuma mau jengukin lo, dan gak ada niat buat berantem sama lo, gua khwatir sama kondisi lo, Maira."
"Cih!" Maira mendecih sembari memutarkan matanya ke atas. "Sok baik lu! Mending lo pergi dari sini sebelum gua lempar nih pot bunga ke kepala lo," ucapnya sembari menatap pot bunga kaca yang ada di atas nakas.
"Segitu bencinya lu sama gua?" Suara Gui terdengar bergetar kala menanyakan perihal itu kepada Maira.
"Lo nanya pertanyaan yang lo sendiri udah tahu jawabannya. Iya, gua benci banget sama lo!"
"Kenapa? Gua pengen tahu, apa alasannya selama ini lo benci sama gua," Tanya Gui.
Maira mengepalkan tanganya dengan kuat kemudian menghembuskan napas berat.
"Gua benci sama lo karena lu udah ngehancurin kehidupan orang tua gue! Asal elo tahu aja, sejak lo hadir di kehidupan keluarga gue, gue gak pernah nganggap lo ada!"
"Gue benci ngelihat lo selalu dapat apa yang lo mau, lo dapat beasiswa dengan mudah yang selama ini gua dambakan, lo dapat warisan dari papa, lo bebas mau ngelakuin apa pun yang lo mau, sedang kan gue? Lo rebut semua kebahagiaan gue." sejenak, Maira menjeda ucapan sebelum kembali berujar. "Dan satu hal lagi. Gue benci sama lo karena lo udah rebut Steven dari gue!"
Gui terdiam mematung, ia tak dapat untuk berkata-kata lagi dengan ucapan Maira. Bagaimana bisa ia membenci Gui dengan alasan yang konyol itu.
"Sekarang lo udah tahu 'kan? Apa alasannya gue benci banget sama lo!" celetuk Maira kembali.
Gui yang bungkam sedari tadi pun akhirnya bersuara. "Itulah sebabnya manusia kayak lo menjadi angkuh dan tamak, lo hanya memandang gue dari cover-nya aja, menilai gue dari apa yang gue lakukuin. Sampai lo lupa faktanya kalau gue jauh lebih hancur dari yang lu bayangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Romance𝙎𝙩𝙚𝙫𝙚𝙣 𝘿𝙖'𝙚𝙡𝙜𝙖𝙯𝙖 𝙈𝙖𝙞𝙙𝙚𝙡 Lelaki berparas tampan dengan tatapan dingin itu begitu menjaga privasi kekasihnya dari sang musuh. Sehingga tidak ada yang tahu persis, gadis mana yang kini sedang ia kencani. "Kalo gua menang, serahin c...