08: PILIH KASIH

908 146 58
                                    

Tidak ada radio, tidak ada lagu kesukaan gadis itu yang dapat diputarkan selama perjalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada radio, tidak ada lagu kesukaan gadis itu yang dapat diputarkan selama perjalanan. Kali ini, hanya ada tangisan dan ricauan permohonan yang terdengar sebagai teman perjalanan.

Mobil yang Steven kendarai telah sampai di lobby rumah sakit. Kala mobil itu berhenti, Gui langsung membuka pintu mobil tersebut dan melangkahkan kakinya keluar menuju ruang ICU tempat di mana adiknya berada.

Entah lupa atau memang berniat pergi terlebih dahulu, GUI melangkahkan tungkainya meninggalkan sang kekasih jauh di belakang punggungnya. Namun begitu, saat Seteven hendak menyusul, mendadak ponsel yang berada di dalam saku celananya bergetar.

"Bunda?" monolog Steven kala menatap layar ponselnya yang terpampang jelas menampakkan kontak sang ibu. Tak ingin mengabaikan terlalu lama panggilan itu, Steven pun segera mengangkatnya. "Iya, bun?"

"Kamu lagi sama Gui, nak?"

Steven mengangguk meski tak akan terlihat boleh sang ibu. "Iya, bun. Steven lagi sama Gui. Kenapa emangnya, bun?"

"- ..... -"

"Iya, bun. ini kita lagi di rumah sakit."


🔒


Setelah cukup lama mencari keberadaan ruang ICU yang ditempati oleh sang adek. Secara tiba-tiba saja Gui menghentikan langkahnya manakala menemukan sosok seorang wanita paruh baya yang berdiri tegap sedang menatap ke arahnya.

Tak ingin terlalu lama berdiri di sana layaknya orang ketakutan, Gui pun bertekad untuk menghampiri wanita itu dan menemui sang adek. Perlahan ia membawa tungkainya mendekat dengan tangan yang terkepal kuat.

PLAK!

Sebuah tamparan telak mendarat di pipi kirinya berhasil membuat kepala Gui tertoleh ke samping dengan begitu keras. "M-ma?" Gui melirih tak percaya. Suara sarat dan tangannya bergerak memegang pipi yang terasa kebas.

"Dasar anak tidak tahu diri! Dari mana saja kamu?! Apa kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sampai-sampai kamu tidak tahu kalau adekmu kritis?!"

"Maafin Gui, Ma. G-gui bahkan baru tahu kalau Maira masuk rumah sakit." Gui berujar dalam tundukan kepala yang dalam. Rasa bersalah perlahan-lahan mulai menyeruak dalam dadanya. Bodohnya dia. Ia terlalu sibuk dengan urusannya sampai-sampai tak tahu jika Maira, sang adik, dilarikan ke rumah sakit.

"Gimana kamu bisa tahu, sedangkan kerjaan kamu cuma kelayapan sama anak geng motor itu," sang mama membentak keras. Sama sekali tak memperdulikan situasi di sekitar, sehingga kegaduhan itu berhasil membuat beberapa pasang mata melebuhkan tatapan heran kepada ibu dan anak itu.

"Aku tahu aku salah. Tapi, aku mohon sama mama buat kasih aku kesempatan setidaknya buat ketemu sama Maira," ujar Gui hendak pergi membawa tungakainya menuju ruang sang adek. Namun, belum sempat kaki itu melangkah. Tanganya terlebih dahulu di cekal dengan kuat oleh sang mama.

CRAZY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang