Cw // nsfw , hars word , local porn (kntl, pj) , anal sex.
Jendra menyibak selimutnya, mengambil jaket dari dalam lemari dan hendak keluar membuka pintu kamarnya dengan wajah merah padam, bahkan celana miliknya terlihat sesak dibagian depan.
“Lo mau kemana, gua tanya,” tanya Marka mentap Jendra nyalang.
“Urusan lo apa? Suka-suka gua mau kemana,” jawabnya asal.
Marka menarik tangan Jendra yang telah memegang kenop pintu. “Apaan? Lepas.” Jendra menghempaskan tangan Marka dan mendorong dadanya hingga Marka mundur beberapa langkah, “Jangan ngatur gua.”
Mata Marka terpejam dengan nafas yang tidak beraturan, aroma tubuh Jendra cukup menusuk hingga membuat rutnya ikut terpancing, jarinya terkepal membuat urat di tangannya menonjol.
BRAK!
Tubuh Jendra didorong kasar hingga punggungnya menabrak pintu kamarnya, punggungnya terasa sedikit kebas dan membuat Jendra menyerngitkan dahinya
“Lo itu lagi rut, bahaya kalo sembarangan pergi, apalagi lo masih labil,” ucap Marka gusar.
Jendra tersenyum remeh dan terkesan hambar, “Feromon lo lagi? Sekarang siapa yang gak bisa ngontrol? Gua atau lo?” Lutut Jendra menekan bagian bawah Marka dan membuat Alpha yang lebih tua memejamkan matanya.
Mata Marka terbuka menatap Jendra lamat-lamat dengan pupil yang berubah menjadi warna merah, “Lo salah udah mancing gua,” bisiknya.
Tangan Marka meremas penis Jendra dari luar celana kain yang digunakan Jendra, “Gua gak lihat gender kedua orang kalo lagi turn on,” tambahnya.
“Oh ya?” Jendra tertawa mengejek, kakinya semakin menekan kejantanan Marka di bawah sana, feromon kedua alpha tersebut menyatu dan saling berebut dominasi satu sama lain.
Andaikan ada sosok omega di sana sudah dipastikan keadaan omega tersebut adalah pingsan, “Sial.” Marka terus mengumpat dalam hatinya.
Jendra mendorong Marka hingga sang Alpha yang lebih tua terjatuh dalam keadaan terlentang diatas ranjang empuk miliknya, “Gua boleh masuk gak?” tanya Jendra dengan cengirannya.
“Mana bisa,” ucap Marka. Tangan Marka melepaskan celana miliknya sendiri hingga tersisa celana dalam dengan isi penis menonjolnya. “Jilat kontol kesukaan lo nih,” ucapnya.
Jendra menggeleng, “Gak mau, lo tadi bilang lo yang nyepongin gua,” jawabnya.
Marka terkekeh mendengar ucapan Jendra, “Lagi sange bisa-bisanya adu ngeyel.”
“Bodo amat anjir.”
Marka membalik tubuh Jendra hingga kini dirinya yang mengukung sang alpha muda. “Kalo lo gak berhasil tahan selama sepuluh menit, lo bantu gua nyelesein semua hasrat gua, tanpa protes.”
“Deal.”
Dua alpha itu saling melepaskan pakaiannya satu sama lain hingga sama-sama telanjang bulat, posisi mereka sama seperti sebelumnya dengan Marka yang mengukung Jendra dengan lengan kekarnya, matanya berkilat merah.
Kini dua bibir itu saling melumat dan berebut dominasi, seakan tidak ingin kalah Jendra menekan tengkuk Marka sedangkan Marka menarik rambut Jendra hingga alpha bermata bulan sabit itu mendongak.
Dada mereka bergerak naik turun gusar, lidah keduanya saling membelit dan menghisap, ciuman panas itu berlangsung cukup lama terlebih jika diingat mereka berdua sama-sama berpengalaman.
“Enghh..” satu lenguhan meluncur dari bibir Jendra, mengisyaratkan bahwa pasokan oksigen miliknya mulai menipis.
Marka melepaskan ciuman itu, mengecup bibir Jendra sekali, bibirnya bergerak turun mengecupi rahang hingga jakun milik Jendra, tak lupa memberi tanda keungungan dengan sedikit hisapan dan gigitan yang menimbulkan jejak samar.