write.asSECRETARY
Content / Trigger Warning! 🔞 Konten ini mengandung unsur dewasa, umpatan, kata kata dan perilaku kasar, kata kata jorok (kntl, lnte dsb). yang belum cukup umur atau kurang nyaman harap menekan tombol kembali.
Marka Top! (Marka) Johnny Top! (Johan) Jeno Bot! (Jendra)
Jendra Sarjana Akutansi 2021, lulus dengan IPK tinggi tengah sibuk mencari pekerjaan yang cocok untuknya, sebenarnya pekerjaan apapun bukan masalah baginya selagi bisa menghasilkan uang.
“Kamu kerja di kantor ayah aja gimana? Nanti kamu jadi sekretaris aku?” ucap Marka menawari kekasihnya pekerjaan.
Jendra menepuk pundak kekasihnya, “Ini mah aku yang gak enak sama ayah kamu, Ka.”
Marka tersenyum lalu mengusap rambut Jendra perlahan, “Itu namanya privilege sayang.” Marka mencuri sebuah kecupan di bibir Jendra.
Jendra mengangguk, “Nanti aku coba semoga bisa dapet jabatan sesuai yang aku mau.”
Jendra mulai gugup, di hadapannya sekarang bukan HRD lagi melainkan ayah dari kekasihnya, Johan Leeonanda, Direktur Utama LN Corporation.
“Jadi apa alasan kamu melamar pekerjaan ini?” tanya Johan dengan tatapan tajam miliknya.
Jantung Jendra berpacu dengan cepat, keringat mulai menetes dari dahinya. “Saya ingin mencari pengalaman dan tentu saja saya ingin mencari penghasilan,” jawab Jendra pasti.
“Gaji disini mungkin tidak cukup untuk anak muda seperti kamu, ngomong-ngomong jabatan apa yang kamu inginkan?” tanya Johan.
Jendra nampak berfikir sejenak, “Saya ingin menjadi sekretaris Bapak Marka Leeonanda.”
Johan menggelengkan kepalanya, “Anak muda jaman sekarang memang budak cinta, saya ingin tau apa yang kamu miliki hingga bisa berpacaran dengan anak saya.”
Jendra memicing, arah pembicaraan mereka terlalu jauh dari topik wawancara seorang pegawai perusahaan. “Saya bisa membahagiakan anak bapak, saya bisa memberi apa yang dia mau, tentunya selain uang.”
“Hm, menarik.” Johan tersenyum tipis. “Baiklah kamu saya terima kerja sebagai asisten saya.” Johan berdiri dan mengulurkan tangannya.
Rahang Jendra jatuh, “Bapak tidak sedang bercanda?” tanya Jendra memastikan. “Saya serius, apa saya terlihat sedang bercanda?”
Jendra sangat terkejut mendengar ucapan Johan, menurutnya jabatan itu terlalu tinggi untuknya, namun semua kemungkinan bisa terjadi. “Tapi ada syarat yang harus kamu penuhi.”
Alis sebelah Jendra terangkat, “Syarat?”
“Berikan saya kepuasan sama seperti yang kamu berikan kepada anak saya, Marka.”
Jendra mulai berpikir, apakah hal yang tadi Ia setujui itu sudah benar?
Pasalnya dia meng-iyakan ucapan dari Johan, sama artinya dia melakukan sesuatu yang melewati batas dirinya dan Marka.
“Ah gapapa selagi Marka gak tau.”
Menurutnya Johan sangat mempesona dan tampan tidak jauh seperti Marka, kekasihnya.
“Fuck. Kenapa wajah Pak Johan jadi jalan-jalan di pikiran gua.”
Marka mendatangi apartemen Jendra dengan membawa sekotak Martabak. “Sayang, gimana tadi wawancaranya? Kata ayah kamu diterima.”
Jendra tersenyum lalu mengangguk. “Hum, aku diterima jadi asisten pribadi papa kamu,” jawab Jendra.
Marka tersenyum lebar, “Seriously? sumpah yang aku seneng banget, akhirnga papa gak sama lonte itu lagi.”