Prolog
Selasa, 12 Juli 2022
•••
Suara petir menggelegar malam sunyi itu. Bagaimana dua laki-laki itu tengah saling bertatapan dibawah langit mendung. "Aku Sangat membenci mu." ucap laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah miliknya.
Satu laki-laki di depannya hanya diam dengan raut sendu dan tanpa bisa berkata-kata. Dirinya hanya bisa menatap lekat laki-laki berseragam sekolah di hadapannya. Hingga hujan turun dengan titik-titik air yang sedang.
"Berhentilah menatapku seperti itu. Kau sungguh sangat menjijikkan!" lagi ucap laki-laki berseragam sekolah itu.
"Bagas, maafkan aku." ucap laki-laki yang sedari tadi hanya diam itu.
Laki-laki berseragam sekolah bermana Bagas itu tertawa menyakitkan. "Berhentilah berkata seperti itu. Kau benar-benar memalukan, Zaky." ujarnya. Dirinya merasakan rasa kesal di dirinya.
Hujan benar-benar turun dengan deras setelah beberapa saat. Bagaimana kedua laki-laki berdiri di bawa langit yang mengguyur keduanya.
"Kau harus tau semua penjelasan ku," ucap Zaky.
Bagas memilih untuk membalikkan badan dan segera pergi meninggalkannya. "Tidak ada yang perlu di jelaskan. Aku tidak ingin melihat mu lagi di hadapan ku. Kau bukan siapa-siapa untuk ku, apa kau mengerti?!" ucapnya.
Ucapan itu membuat perasaan Zaky teriris. Bagaimana Bagas yang menjadi kembarnya berkata seperti itu kepada dirinya. Bagaimana, dengan mudahnya ingin memutuskan ikatan.
"Bagas,"
"Pergilah, kita bukan lagi saudara kembar." ucap Bagas berlalu pergi meninggalkan Zaky.
Bagaimana Hujan malam itu menjadi saksi perpisahan keduanya. Kedua saudara yang harus terpisah Karna sebuah keegoisan satu pihak.
Zaky menangis di mana hujan malam itu membuat air matanya bercampur aduk. "Bagas, maafkan aku." ucap Zaky. Sebelum sebuah mobil datang ke arahnya.
•••
Bagas Setya Nugraha
Zaky Setyo Nugroho
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar
Mystery / ThrillerHal-hal yang sudah menjadi kesalahpahaman tidak akan bisa di satukan kembali dengan posisi yang utuh dan dengan cerita yang sama. Bagas tidak pernah sekalipun berniat membenci Zaky. Laki-laki itu hanya merasa tidak pernah bisa menjadi apa yang dirin...