DuaPuluhDua

118 21 0
                                    

Jum'at, 17 Februari 2023

••📌••


🌻 Selamat Membaca 🌻

Rapat kembali di lakukan. Semua bukti-bukti yang sudah mereka kumpulkan, di coba untuk di gabung dan mereka berniat untuk mencari kesimpulan atas kasus pembunuhan berantai akibat sebuah Artikel.

"Seperti yang kalian tau. Sudah 5 tahun Dosen yang mengajar kelas hukum, bernama Marapati Argamana itu mengajar dan menyebarkan artikel yang memiliki banyak rahasia di dalamnya."

"Jadi, mungkin saja akan menimbulkan banyak korban. Yang mungkin saja sudah tewas terbunuh dan sebagian hilang." tutur Nanda.

"Aku ingin segera menghukum pelaku. Aku tidak akan membiarkan orang itu mendapatkan pengampunan." ujar Dikas dengan rasa kesal.

Empat orang itu melihat setiap bukti yang mereka temukan dan mencoba untuk menyimpulkan semuanya.

"Fokus kita untuk mencari tau mahasiswa itu masih hidup atau tidak dan menemukan Dosen bernama Marapati Argamana itu." jelas Bagas.

Nanda diam, dengan memainkan bolpoin di tangannya. "Jika aku menyimpulkan sesuatu dari semuanya. Apa kalian akan membantu ku untuk mencari tau kebenaran?" Pertanyaan Nanda yang tiba-tiba membuat ketiga laki-laki itu bingung dan melihat Nanda.

"Apa yang kau temukan, hingga mencoba untuk menyimpulkan semuanya?" tanya Dikas.

"Korban Adipati Jorn sempat mengatakan sesuatu, kau juga mendengarnya Dikas."

"Dia mengatakan Nama Presiden."

"Lalu, pelaku yang membunuh Adipati Jorn terdeteksi adalah seorang ajudan yang masih aktif bekerja bersama presiden."

Irfan dan Bagas terkejut. "Hei, jangan asal menyimpulkan. Apa kau berniat mencurigai presiden kita?" tanya Dikas. Bagaimana pun dikas memang belum tau apa-apa atas kebenaran yang terjadi.

"Menurut mu apa tidak mencurigakan? Semua korban bisa tewas tanpa jejak dan para pelaku menghilang begitu saja." lanjut Nanda.

"Astaga," desis Dikas.

Pintu terbuka di mana ketegangan itu menjadi sebuah rasa terkejut karena tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka ketika tim mereka sedang melakukan diskusi.

"Sinta?"

"Apa kalian sedang mengadakan rapat? Tidak ingin mengajak ku untuk ikut serta?" tanya Sinta.
Perempuan berpenampilan rapi itu duduk di dekat Bagas dengan beberapa berkas yang perempuan itu bawa.

"Apa saja yang kalian temukan?" Lagi tanya Sinta. Bagaimana kedatangannya membuat keempat polisi itu diam.

Perempuan itu memilih duduk di dekat Bagas. Perempuan itu menebar senyum ke semuanya dan terutama ke Bagas. Tentu saja Bagas bingung dengan expresi Sinta kali ini.

"Bagas, apa kau sudah makan sarapan yang aku buatkan dan obat yang aku berikan?" tanya Sinta. Expresi perempuan itu seakan tengah menghakimi Bagas.

Bagas tentu saja menggeleng. "Sudah kuduga. Aku pulang dan menemukan semuanya masih berada di tempat." ujar Sinta.

Bagas berdehem untuk mengentikan Sinta terus membahas hal lain di ruang rapat. Dimana ada Dikas, Nanda dan juga Irfan.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang