TigaBelas

166 37 4
                                    


Maaf, aku mudah merasa malu dan nggak percaya diri sama tulisan dan cerita yang aku buat, maka Karna itu aku suka bilang ini itu, hehehehe...
Tapi, buat kalian yang udah baca dan vote Terima kasih. Walaupun cerita ku nggak sesuai ekspektasi, judul bahkan gambar, hastag, dll. Aku mohon maaf ya, All🌻

••• [MOHON MAAF KALO BANYAK TYPO DAN SEBAGAINYA. SEMUANYA AKAN DI REVISI SEIRING WAKTU]•••

••📌•• Minggu, 15 Januari 2023 ••📌••

•••⚒️•••

Bagaimana kali ini Bagas sudah duduk di mejanya dan ada Dikas dan Nanda yang berada di belakang Bagas. Mereka mulai melihat rekaman cctv yang berhasil diretas oleh Haryana itu.

Mata mereka membulat dan tidak ada suara selain suara dari napas mereka. Tapi seperti tidak terjadi apa-apa Irfan malah duduk biasa di mejanya yang sudah di pindahkan itu. "Apa yang kalian lihat? Apa harus seperti itu?" Tanya Irfan. Tapi tidak ada yang memperdulikan pertanyaannya.

"Shit!" Kesal Irfan.

Saat ketiganya sedang fokus dan memahami rekaman cctv yang Haryana dapatkan itu, tiba-tiba ponsel Bagas berbunyi dan laki-laki itu menjawab karena tau siapa yang memanggilnya itu.

"Speaker." suruh Dikas.

Bagas mengeraskan suara panggilan itu, "Aku tidak hanya meretas cctv itu saja. Aku meretas beberapa cctv lain di dekat tempat itu, tidak semuanya. karena beberapa sudah kalian ambil. Lihatlah dengan teliti,"

"Apa ada yang mengawasi korban?" tanya Bagas.

"Kau benar. Sepertinya korban sudah di awasi dalam waktu lama dan mereka mencari kesempatan yang pas untuk membunuhnya."

"Mengerikan." ucap Nanda.

"Karena aku bukan polisi aku tidak begitu mengerti. Jadi silahkan analisa sendiri. Tapi aku pastikan banyak jawaban dari rekaman-rekaman itu dan pemilik cctv yang tidak mau memberikan rekaman itu perlu kalian pidana. Dia adalah penguntit mesum!" jelas Haryana ke Bagas.

"Terima kasih untuk penjelasan yang kau berikan. Kami akan memproses ini lebih lanjut lagi." ucap Bagas. Panggilan mati dan mereka kembali mengawasi cctv itu.

"Lakukan saja hingga bulan depan." Lagi Irfan mengucapkan kalimat yang bagi mereka bertiga sangat tidak jelas itu.

"Kemarilah. Kau harus membantu kasus ini di hari pertama kau bekerja." Nanda meminta Irfan untuk tidak diam saja dan membatu menganalisa rekaman cctv itu.

"Tidak. Percuma saja mengungkap kasus itu. Hanya membuang-buang waktu."

Dikas menyenderkan tubuhnya ke dinding. "Beberapa ucapan yang kau katakan terlihat begitu tenang seperti kau mengetahui sesuatu tentang kasus kematian Mawar Ranzan." ujar Dikas.

Bagas yang sebelumnya tidak ingin lagi mempedulikan Irfan itu kembali melihat Irfan dengan penuh tanda tanya setelah kalimat yang Dikas katakan baru saja. "Sebenarnya siapa kau?!" tanya Bagas ke Irfan.

"Aku Irfan! Harus berapa kali aku katakan? Apa kau tidak mengerti?! Bagaimana seorang polisi sangat sulit untuk memahami ucapan!" ujar Irfan.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang