TigaPuluhDua

138 15 5
                                    

Mohon berikan Votenya dan komennya!

••
💕 Jum'at, 9 Juni 2023 💕

••🥀••

🍀 Selamat Membaca 🍀

•••📌 •••

"Mulai hari ini rencana pemusnahan akan di laksanakan. Kecurigaan, ketamakan, dan kemarahan akan saling di adu. Itu akan menguatkan manusia. Siapapun yang menganggu pasti akan mati."

[Bang Jesu, Voice 2]

•••🌻 •••

Di ruang rapat dimana biasanya mereka melakukan pembahasan rahasia. Kali ini Nanda hanya bisa terduduk sedih dan bagaimana Dikas duduk tepat di hadapannya.

Dikas hanya diam sambil terus memperhatikan Nanda. Laki-laki itu tidak tau harus bagaimana untuk menenangkan Nanda.

"Bagaimana jika sesuatu terjadi kepada Reza?" Tanya Nanda ke Dikas. Perempuan itu tidak tau harus berpikir seperti apa agar dirinya baik-baik saja.

"Reza akan baik-baik saja. Kita akan mencari keberadaannya." jawab Dikas.

Tidak lama Bagas tiba dengan membawa bukti artikel yang Reza simpan diam-diam. Laki-laki itu langsung meletakkan itu ke meja.

"Untuk apa Tim lain memiliki berkas kasus yang kita miliki?" tanya Bagas.

"Sebenarnya...."

Nanda berniat untuk membuka suara. "Reza melanjutkan pendidikannya. Karena dirinya ingin menjadi seorang Jaksa. Aku tidak tau jika dia akan mendapatkan artikel dan menyelidiki hal itu." ucap Nanda dengan sedih itu.

Bagas berdecak kesal. "Dia tidak ada kabar, bukan? Apa menurutmu dia akan baik-baik saja? Seberapa banyak orang sudah kehilangan nyawanya karena hal ini?" ucap Bagas.

"Bagas, bukankah kita harus mulai penyelidikan. Jika bisa kita buka kasus ini dan beri tahu unit lain." ujar Dikas.

"Kita tidak bisa. Ini terlalu beresiko. Kita harus tetap di rencana awal." Jelas Bagas.

"Lalu siapa lagi yang akan mati sekarang?" tanya Nanda.

Bagas memilih untuk duduk. Laki-laki itu sudah cukup frustasi dengan banyak hal yang dirinya lalui akhir-akhir ini. "Sialan. Kita sudah tidak memiliki banyak waktu. Namun, semua ini tidak kunjung berakhir." Kesalnya.

•••

Di rumah Ibunya. Haryana duduk di meja makan bersama sang Ibu. Laki-laki itu hanya memiliki sang Ibu di hidupnya, setelah beberapa tahun lalu harus kehilangan sang Ayah.

Di meja makan yang penuh dengan makanan itu, laki-laki itu tengah sibuk memakan semua makanan dengan tenang di depan sang Ibu yang terus melihatnya.

"Apa yang ingin kau katakan? Kenapa terus melihat ku seperti itu? Aku bukan lagi anak kecil, Ibu." ucap Haryana.

"Kau seharusnya mengajak teman-teman mu untuk datang, ibu masak sebanyak ini juga untuk mereka. Bukankah Masyafa sudah kembali? Dia berada di sini, bukan?" ucap sang Ibu.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang