Empat

374 60 7
                                    

Senin, 26 September 2022

•••

Plisss komen, vote dan Sharekan Juseyo!


••🌻••

Dua pekan berlalu, namun duka itu tidak kunjung hilang. Bagas masih terus berduka dan lebih banyak diam sedangkan Zaky harus tetap kuat dan berusaha untuk selalu menjaga Bagas yang masih rapuh itu.

Tok....tok...tok

Zaky berusaha keras untuk mengetuk pintu kamar Bagas. "Bagas, ayo makan dan kita harus segera pergi ke sekolah." ucap Zaky dengan suara sedikit keras itu.

Namun sia-sia tidak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar Bagas, hingga terdengar suara ketukan pintu yang terdengar keras dari pintu luar.

Zaky mengetahui itu dan segera pergi untuk membuka pintu rumahnya, laki-laki itu sudah terlihat begitu rapi dengan seragamnya.

Zaky Membuka pintu rumahnya menemukan beberapa laki-laki dewasa dengan pakaian yang rapi, "Bisa aku bantu?" Tanya Zaky dengan sopan.

Namun selembar kertas di arahkan di depan mata Zaky, "Kami akan menyita rumah ini dan semua aset milik pelaku." Kejelasan itu membuat Zaky bertanya-tanya.

"Pelaku?"

"Ya,"

"Mama aku pelaku?!"

"Ya. Dia telah melakukan korupsi besar di kejaksaan dan telah melakukan banyak hal ilegal." tambahnya.

"Aku tidak percaya. Mama ku tidak mungkin melakukan hal buruk, dia adalah seorang Jaksa agung yang sangat mencintai pekerjaannya dan semua orang di sekitarnya." jelas Zaky.

"Kita tidak bisa menilai orang hanya karena dia tidak terlihat buruk." kalimat itu berhasil membuat Zaky terdiam.

"Aku akan memberimu waktu untuk berkemas, jangan mengambil hal-hal berharga atau kau juga akan masuk kedalam penjara!"

Selembar kertas itu berada di lantai tepat di bawah kaki Zaky. Laki-laki itu diam tanpa tau harus berbuat apa. Orang-orang itu mulai pergi meninggalkannya sendirian di depan pintu yang tidak sepenuhnya terbuka itu.

"Zaky?" suara itu membuat Zaky menoleh menemukan Bagas yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Bagas." Zaky menoleh dengan senyum manis yang dia tunjukkan untuk kembarannya.

"Kau kenapa pagi-pagi sudah disitu?" Tanya Bagas.

"Aku hanya---"

"Sudahlah. Aku akan sarapan, kau membuat sarapan, bukan?"

Zaky mengangguk, "Aku sudah menyiapkannya di meja." ucap Zaky.

Bagas tidak lagi bertanya dan berjalan pergi meninggalkan Zaky. "Aku harus melakukan apa?" ucap Zaky sembari mengambil kertas itu dan melipatnya lalu dirinya masukan ke dalam saku celananya.

Laki-laki itu berjalan masuk dan memutuskan untuk sarapan bersama dengan Bagas.

Suasana begitu tegang bagi Zaky. Namun tidak dengan Bagas yang sibuk makan sembari melihat video mukbang di ponselnya.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang