TigaPuluh

90 18 0
                                    

Jum'at, 12 Mei 2023

••🥀••

Nanda terus menangis. Perempuan yang duduk di kursi belakang itu terus memeluk erat kaleng itu.

Dikas yang duduk di depan dengan Masyafa terus melihat Nanda yang cemas.

"Nanda. Tidak apa-apa. Kita akan pergi mencari Irfan."

"Bagaimana.... Bagaimana jika dia mati?" ucap Nanda. Perempuan itu kembali terisak dengan suara yang lebih menyakitkan.

Masyafa mempercepat mobilnya dan tidak lama mereka tiba di taman bermain terbengkalai itu.

"Nanda, kau tetaplah disini." minta Irfan.

Masyafa dan Dikas turun meninggalkan Nanda di dalam mobil. Keduanya mencoba untuk mencari keberadaan Irfan di taman itu. Mereka yakin bahwa Irfan tidak mungkin bisa pergi jauh.

Dikas bersiap dengan pistolnya dan Masyafa yang berjalan tepat di belakang Dikas dengan senter yang menerangi kegelapan malam itu.

"Sunyi." kata Masyafa.

"Argh." Suara ringisan itu mengejutkan keduanya.

"Mungkinkah?" Keduanya berjalan perlahan mencari asal suara itu.

"Irfan?"

"Kau berada di mana?"

"Irfan?"

Suara ringisan menyakitkan itu semakin jelas di telinga mereka berdua.

Tepat beberapa langkah mereka melangkah. Keduanya menemukan Irfan yang menyender di pohon dengan menahan sakit di lengannya.

"Irfan!"

"Apa kau baik-baik saja?" Masyafa dengan cepat melepaskan kemeja miliknya dan dia ikatkan ke lengan Irfan yang terluka.

"Ayo kita pergi." Keduanya menuntun Irfan pergi dari taman itu.

"Bagaimana dengan Nanda? Apa kalian menemukannya?" tanya Irfan.

"Dia baik-baik saja."

Irfan di masukkan ke dalam mobil dan laki-laki itu terkejut karena mendapatkan pelukan tiba-tiba. "Syukurlah. Kau tidak apa-apa." ucap Nanda. Perempuan itu kembali menangis.

"Sakit. Jangan memeluk ku."

Nanda melepaskan pelukan itu. "Maafkan aku. Aku hanya merasa senang kau tidak mati. Jangan salah paham dengan pelukan yang ku berikan padamu." ucap Nanda. Perempuan itu memalingkan wajahnya melihat kaca di sampingnya.

Dikas dan Masyafa yang duduk di depan itu tersenyum kecil. Mereka tau sekali bagaimana Nanda begitu khawatir sebelumnya dengan Irfan.

"Untuk apa aku salah paham. Terima kasih sudah kembali untuk menyelamatkan ku." ucap Irfan.

"Kita sebaiknya kembali dan obati luka mu." ucap Masyafa.

Laki-laki itu mulai mengemudikan mobilnya. Tapi, tiba-tiba, "Bagaimana dengan mobil ku?" tanya Nanda.

"Astaga. Bagaimana bisa lupa." ucap Dikas.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang