24-11-24
"Lily, lu kenapa?"
"Hah.. gak pa-pa kok. Cuma ikut sedih aja baca beritanya. Aku penasaran dengan motif pelaku, di sini ceritanya masih simpang siur. Cindy, papa kamu tau gak informasi lain yang lebih jelas terkait kasus ini?"
"Yang ku tau hanya dugaan-dugaan aja sih, kak. Pernah dengar dari papa, kalau kemungkinan keluarga itu dirampok, karena mobil beserta isinya hilang. Tapi kenapa Isabella dibawa, kenapa gak ikut dibius aja kayak ibunya?
"Jadi ibu belum meninggal?"
"Emang diberitanya disebutkan ibunya meninggal? Gak ada kok, kak."
"Maaf salah ngomong. Syukur deh kalau gak ada yang meninggal."
Lily keceplosan. Ia ingat betul bagaimana penjahat itu menubruk, menumbangkan ibunya lalu dibekap hingga susah bernapas, dibuat lemas tak bergerak. Dikira sudah meninggal.
"Terus?"
Sahut Mila yang juga ikut penasaran mendengar penjelasan Cindy. Romi dan Hobie pun tak ketinggalan menyimak.
"Kemungkinan lain emang diculik. Tapi yang bikin janggal, kenapa nyuliknya terang-terangan, ya kan. Oke lah kalau emang nyulik terus minta uang tebusan, masih mending. Setidaknya orang tuanya ada harapan, tau anaknya masih hidup. Ini enggak, dan gak ada kabar sama sekali menghilang gitu aja. Takutnya dia jadi korban perdagangan manusia ke luar negeri untuk dijadikan budak, atau sudah dibunuh dan dijual organnya."
"Cindy, stop! udah cukup ceritanya. Teringat, gue harus segera menyelesaikan tugas ini untuk dikumpul besok."
"Lah, iya. Bukannya cepet dikerjain, lu malah asik dengerin cerita. Udah, kasus ditutup, bukan urusan kita. Ayo fokus-fokus!" tandas Mila sambil meneruskan memilah-milah.
Lily terpaksa menghentikan Cindy karena sudah tak nyaman dengan pembahasan yang ditujukan pada dirinya yang terdengar sadis. Ia segera melipat lembar koran yang baru dibaca, lalu memasukkannya ke dalam tas. Lily kembali melanjutkan menganyam, meski sudah tak bisa lagi fokus dengan tugasnya.
Hari mulai sore. Dengan susah payah serta penuh kesabaran. Lily akhirnya berhasil menyelesaikan karya membuat vas bunga ukuran sedang dari anyaman koran. Selanjutnya, Ia hanya perlu melapisi vasnya dengan sentuhan cat dan beberapa tangkai bunga imitasi untuk pemanis, yang bisa ia kerjakan di rumah.
Dari dalam mobil. Vi melihat Lily berjalan ke arahnya dengan membawa hasil karya dan beberapa lembar koran sisa. Lily masuk dan langsung disambut oleh suasana hening. Vi pura-pura sibuk dengan ponselnya, tak melirik sedikit pun. Membiarkan Lily menatap cukup lama dalam diam.
Lily terpaku. Banyak hal yang ingin diutarakan terkait berita tentang dirinya yang ada di koran. Namun ia ragu, takut jika salah informasi yang pada akhirnya bisa saja membuat Vi marah.
"Kenapa?"
Lily tersentak saat Vi tiba-tiba menoleh ke arahnya, memberi tatapan menyelidik.
"Ee.. ga pa-pa. Bisakah kita pulang sekarang?"
Pinta Lily sembari merubah posisi duduknya menghadap lurus ke depan, bersandar pada jok mobil.
Tak banyak bicara meski tau ada sesuatu yang disembunyikan Lily. Vi segera menyimpan ponselnya lalu menghidupkan mesin, menjalankan mobil dengan perlahan meninggalkan lapangan.
Sesampainya di rumah. Lily langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diri di sana. Lily kembali membuka halaman koran yang disimpannya tadi, lalu dibaca lagi berulang-ulang sambil rebahan.
Ayah, ayah gimana kabarnya? Maafkan Bella yang baru melihat berita ini setelah sekian lama. Bella sangat merindukan ayah, ibu, juga Kookie. Kita akan segera bertemu. Tunggu Bella ya, ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily_kekasih kecilku (SN x BTS)2 (Fanfiction)
FantasyKim Taehyung, sosok keturunan konglomerat yang menjadi aneh, seumur hidup merasa kesepian, terlahir sebagai anak semata wayang tidaklah mudah baginya. Meski di asuh dan di besarkan dengan kasih sayang yang melimpah, namun tiada arti jika kasih sayan...