prolog

18 2 0
                                    

"Ini semua gara-gara Kakak. Kalau bukan karna Kakak, kakak saya masih di sini! Masih bersama saya. Saya benci benci Kakak!" teriak perempuan berjilbab hitam yang sedang berbincang dengan seorang pemuda . yang terus berusaha menjelaskan kepada perempuan tersebut.

"Kamu, dengar dulu penjelasan Kakak. Tidak seperti itu."

"Saya enggak mau lagi ketemu sama Kakak!" Pergi.

"Tunggu, dengar dulu penjelasan Kakak!"

Byur ...

Terlihat seorang pemuda disiram dengan air hingga membuatnya terbangun dari tidur duduknya. Dengan tangan terikat serta berada di ruangan gelap yang hanya ada satu bola lampu yang tidak begitu terang.

Pemuda tersebut terlihat berantakan, rambut yang acak-acakan sampai dagunya sudah brewokan. lingkaran hitam di mata sudah tidak dapat dihindarkan. Bibirnya yang kering dan pucat. Dengan kondisi tubuh yang lemah, dia melirik ke orang yang telah menyiramnya.

"Are you okey, sobat?" tanya orang tersebut sambil tertawa.

"You grazy!" teriak pemuda yang disandra.

"Hmm ... It's oke, no problem."

"Lepasin gue!" Meronta-ronta.

"No, tidak semudah itu.. Gue mau Lo ngerasain yang gue rasain saat itu. l hate you!" Beranjak pergi meninggalkan pemuda yang disandranya.

📃📃📃

Tiga setengah tahun berlalu, setelah kejadian itu. Azzam memboyong Bibi dan Adiknya-Adam untuk tinggal bersama di Kota Ankara,Turki. Adam juga telah masuk Universitas tempat Azzam mengajar. Mereka berdua sangat dekat dengan keluarga Nedim. Bahkan mereka sudah dianggap anak oleh kedua orangtua Nedim dan Civan.

Civan menjadi senior Adam dikampus. Ke mana-mana mereka akan selalu bersama. Nedim tidak lagi tinggal bersama Azzam, dikarenakan dia sudah menikah dua tahun yang lalu. Sedangkan Azzam masih setia untuk menyendiri. Hari-harinya hanya fokus pada mengajar mahasiswa dan keluarganya.

Meski kadang di dekati Aynur-dosen Sastra yang ternyata menyukainya. Azzam sama sekali tidak membalasnya. Seolah-olah sedang mati rasa. Azzam memang sedikit berubah. Dia jadi sedikit terbuka. Namun, untuk masalah hati. Azzam masih enggan membukanya.

Azzam tidak ingin cepat-cepat menikah. Dia ingin mengikuti alur kehidupan Allah yang berikan untuknya saja. Bukan masalah mengejar umur yang kian menginjak kepala tiga baru menikah. Akan tetapi, ini tentang kesiapan mentalnya untuk berumah tangga.

Karna berumah tangga bukan sekadar serumah dengan pasangan. Namun juga harus menjadi pemimpin yang baik bagi pasangannya.

"Kak, ada panggilan video call dari Kak Khulusi." Adam mengulurkan ponsel miliknya.

"Khulusi?" Azzam tersenyum sumringah. Sudah lama dia tidak berkomunikasi dengan sahabatnya itu.

Menyenderkan ponselnya ke tumpukan buku di atas meja kerjanya. Azzam sedang mengoreksi tugas mahasiswanya.

"Assalamualaikum Zam. Apa kabar?" Khulusi tersenyum melihat Azzam.

"Waalaikumsalam, alhamdulilah baik Khul. Kamu?"

"Alhamdulilah baik. Zam, gue mau ngundang Lo. Minggu depan gue resepsi."

Azzam excited."beneran? Masya Allah, Tabarakallah Khul. Siapa istri kamu?"

Khulaya tersenyum."Khulaya Tsabina, sahabat Syahida."

"Oh ... Insya Allah ya Khul." Azzam kembali fokus ke kertas di tangannya.

Love From Ankara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang