bab 1: bertemu tapi tak kenal

16 2 0
                                    

Tak banyak hal yang Azzam lakukan selama di Indonesia. Dia hanya bertemu dengan kalangan teman-temannya sewaktu bekerja di perusahaan paman Damar dan bertemu anak didik hadrahnya yang kini sudah pada sibuk mengerjakan tugas kuliah mereka. Kedatangan Azzam sangat menghibur kerinduan mereka terhadap ketua Hadrahnya yang tidak lagi bersama mereka.

Meski sudah bubar, ternyata anak didiknya masih berkumpul dan kadang-kadang ikut memeriahkan kegiatan keagamaan. Hal ini membuat Azzam sedikit terharu. Runian diakhiri dengan pidato singkat Azzam yang terus memberi motivasi kepada mereka semua dalam banyak hal. Yang nantinya akan berguna di masa depan mereka.

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Azzam bergegas menuju mesjid terdekat. Melaksanan sholat Ashar yang tak lama kemudian pulang ke rumahnya. Karna nanti malam akan menghadiri resepsi pernikahan Khulusi di hotel Bintang purnama.

Setelah menunggu hampir lima menit di teras depan rumahnya. Akhirnya Adam keluar mengenakan pakaian kemeja batik bermotif awan.

"Adam, kamu kenapa lama sekali? Kamu tidak kasihan lihat Bibi? Udah nunggu kamu lima menit, enggak pakai selesai," ucap Azzam sedikit kesal dengan kelakukan Adiknya sendiri.

"Maaf Bang, maaf Bi." Adam sedikit menyesal telah membuat Bibi Fatmanya lelah menunggunya.

"Enggak apa-apa Adam, Bibi baik aja. Abang kamu aja enggak sabaran. Acaranya juga 'kan belum dimulai," ujar Fatma.

"Bi, bukan seperti itu. Kalau kita terlambat, Azzam jadi tidak enak sama Khulusi dan Khulaya. Azzam juga di sana mau bantu-bantu juga."

"Ya, ya. Bibi tahu."

📃📃📃

Terlihat pengantin wanita yang tidak lain Khulaya sedang bercengkrama dengan perempuan bercadar yang serba mengenakan pakaian hitam. Sosoknya yang sederhana duduk berdampingan dengan Mama Khulaya dan ibu mertua sahabatnya itu.

Resepsi Khulaya mengusung tema syar'i serba warna mocca dan putih. Kedua mempelai dipisahkan oleh sekat pembatas perempuan dan laki-laki. Jadi para tamu undangan tidak akan bercampur aduk.

"Sya, beneran kamu mau dijodohin?" tanya Khulaya menatap ke arah Syahida yang kini menggunakan niqab. Syahida tersenyum, meski tidak terlihat oleh Khulaya. Namun matanya yang sedikit menyipit dapat terlihat oleh Khulaya, jika sahabatnya itu sedang mengukir senyuman.

"Ya, Khulaya." Mengelus kedua tangan Khulaya yang dihiasi dengan hena.

"Apa kamu sudah tahu calon kamu siapa?" tanya Khulaya lagi. Syahida mengeleng, tanda tak tahu.

"Kenapa tidak cari tahu dulu Sya?"

"Aku yakin dengan pilihan Pamanku Khulaya."

"Sudah sholat istikharah?" Syahida mengangguk.

"Semoga kamu bahagia ya, Sya," ucap Khulaya memeluk Syahida.

"Aamiin, terima kasih Khulaya."

"Kalian kalau pelukan suka enggak ngajak, gue mau juga dong," ujar Angel yang datang tiba-tiba langsung menimpuk keduanya dari arah samping.

"Angel?" Keduanya sedikit terkejut dengan kedatangan Angel.

"Katanya enggak bisa datang, kenapa---" Khulaya

"Surprise!"

📃📃📃

Adam, Bibi dan juga Adam akhirnya tiba di tempat resepsi pernikahan Khulusi. Azzam mengantarkan Bibinya untuk pergi menuju ke tempat Khulaya yang letaknya berada di sisi kanan. Kemudian kembali mendatangi Adam yang sedang menunggu di sisi kiri.

"Ayo," ajak Azzam kepada Adam.

Keduanya masuk secara bersamaan. Mereka disambut Khulusi yang sudah lama menunggu kedatangannya. Setelah sedikit basa-basi dengan Khulusi. Khulusi mempersilakan Azzam dan Adam untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia.

"Bang, tema pernikahannya bagus. Kalau Abang nanti temanya gimana?" tanya Adam di sela-sela dirinya sedang makan.

"Hush! Makan dulu, jangan bicara. Nanti keselek baru tahu," ucap Azzam.

"Ya, ya. Maaf."

Setelah makan, Azzam berinisiatif membantu karyawan yang sedang sibuk mempersiapkan hidangan.

"Mas, kita saja. Mas tidak perlu melakukannya. Mas 'kan tamu," ujar salah satu karyawan.

"Tidak apa-apa. Saya bisa melakukannya," berusaha mengambil alih nampan besar yang berisikan minuman yang ingin di taruh meja.

"Baiklah, Mas kalau mau bantu. Bantu nyambut tamu aja Mas, kerjaan ini. Biar saya saja."

Setelah berusaha membantu, tetapi terus saja ditolak. Akhirnya Azzam pergi untuk menemani para karyawan yang bertugas menyambut tamu undangan.

"Assalamualaikum," sapa Azzam sembari tersenyum mendekati sekumpulan pemuda berseragam batik.

"Waalaikumsalam, ada apa ya, Mas?" tanya salah satu dari mereka.

"Boleh ya, saya ikut kalian nyambut tamu?" tanya Azzam.

"Tapi 'kan Masnya, tamu."

"Tidak apa-apa. Saya mau coba juga melakukannya. Untung-untung biar enggak grogi nyambut tamu nantinya kalau saya menikah," ujar Azzam seketika membuat yang lainnya tertawa mendengarnya.

"Ya, baiklah Mas. Silakan."

Selama acara, Azzam terus tersenyum menyambut tamu yang berdatangan. Hingga tanpa sengaja kedua pasang matanya melihat sosok perempuan bercadar keluar dari ruangan khusus perempuan. Azzam mengedip-ngedipkan matanya. Meski hanya melihat matanya saja, Azzam sepertinya tidak asing dengan  pemilik mata itu.

Bruk!

Perempuan bercadar yang dilihatnya itu secara tidak sengaja menjatuhkan tas tamu perempuan yang berlawan arah dengannya. Hingga membuatnya membalikkan tubuhnya untuk membantu mengambil tas yang jatuh. Saat mengambil tas, tanpa sengaja manik matanya melakukan kontak mata dengan Azzam yang sedang melihatnya.

"Kak Fisabilillah?"

To be continued

Assalamualaikum wr. Wb.

Bagaimana menurut kalian dengan pertemuan mereka untuk pertama kalinya, setelah tiga setengah tahun tidak bertemu?

Oke, bagi yang tidak paham dengan panggilan Syahida ketika melihat Azzam, bisa baca LFA season 1nya dulu.

Terima kasih ya, sudah mau baca LFA. dan maaf bila ada kesalahan di cerita ini.

Bagi yang belum follow, bisa follow dan masukan LFA S2 atau S1 ke librarynya dulu yuk. Agar kalian enggak ketinggalan kisahnya Syahida dan Azzam.

Jangan lupa juga vote+komenannya. Saya tunggu nih,

Mau juga tahu video keseruan LFa, bisa follow juga:

Tiktok: Aishi_212

Ig:dunia_aishi123

Salam dari saya

Aishi

Love From Ankara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang