Syahida kembali berkunjung ke rumah Pamannya. Tampak di dalam rumah hanya ada Paman dan Bibinya. Sedangkan saudara sepupunya sama sekali tidak kelihatan.
"Paman, Delina tidak ada di rumah?" tanya Syahida sembari membantu membawakan semangkuk sayur asem yang baru saja dia masak ke atas meja makan.
Arman tidak menjawab, beliau hanya fokus menyediakan piring serta meletakan gelas untuk minum.
"Delina sedang kerja Sya," balas Diana yang baru saja keluar dari dalam kamar.
"Kerja? Delina kerja apa?"
"Sudah, bahas dia terus. Ayo makan," sanggah Arman.
Syahida terdiam, sembari melirik Bibinya sekilas. Kemudian menarik kursi untuk di dudukinya. Arman meraih telur dadar setelah mengambil beberapa sendok nasi. Sedangkan Diana terlihat menuang segelas air putih dan menyodorkannya pada Paman Syahida.
Syahida mengambil dua sendok nasi. Kemudian beralih mengambil sayur asem. Kemudian meraih telur dadar dan mulai melahapnya.
Selama acara makan siang, ketiga terlihat khidmat menghabisi makanan di masing-masing piring mereka.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
Langkah sepatu terdengar di dalam rumah. Suaranya kian terdengar di dapur sekaligus tempat Syahida makan bersama Paman dan Bibinya.
"Wih, lagi makan nih, lauk apa?" tanya Delina yang tiba-tiba datang langsung duduk di samping Syahida. Arman melihati gerak-gerik putrinya tersebut dengan tajam. Saat Delina hendak meraih telur dada yang ada di piring Syahida. Tangannya langsung dipukul Arman.
"Aduh, Ayah ... Sakit ...." Mengelus punggung tangannya.
Syahida dan Diana hanya diam, memperhatikan interaksi keduanya.
"Jaga sopan santun mu ... Kalau mau makan, ambil piring mu," pungkas Arman beranjak berdiri setelah menyelesaikan makannya.
Delina memasang wajah kesal, memutar bola matanya ke sisi kanan. Delina kembali bangkit menuju rak piring. Kemudian kembali duduk. Senyum sumringah melihat sayur asem. Delina langsung mengambil beberapa sendok hingga meninggalkan kuahnya.
Syahida yang sedang makan, berhenti sejenak. Memperhatikan Delina dengan santainya menghabiskan lauk tersebut. Padahal Ibunya sendiri baru saja mengambil satu sendok kuah sayur asem tanpa sayurnya.
"Delina, tinggalkan Bibi sedikit," pinta Syahida. Delina seolah tak bersalah, dia langsung melahapnya begitu saja.
"Sudah Sya, tidak apa-apa. Biarkan saja dia memakannya. Bibi juga sudah kenyang," bela Diana pada Putrinya.
'bukannya kata Paman ... Bibi lagi kepengen makan sayur asem tadi? Udah dibuatin, kok malah kuahnya doang di ambil?' batin Syahida merasa sedih.
"Mama enggak suka sayur asem Sya. Kalaupun mau, ya mungkin kuahnya doang," ucap Delina membuat Syahida kesal."Tapi tidak begitu juga Delina. Di mana rasa pengertian dan peduli mu terhadap orangtua? Bibi itu Mama mu sendiri." Delina berhenti menyuap makanan ke dalam mulutnya. Menghela nafas sembari menutup mata." Kenapa Lo ya repot sih, Sya? Mama gue aja enggak."
"Sudahlah Syahida. Jangan bertengkar ... habiskan makananmu," ucap Diana menengahi keduanya.
Syahida kembali fokus menghabiskan makanannya. Sedangkan Delina meneguk segelas air putih.
"Btw, laki Lo kemana?" tanya Delina di sela-sela dirinya kembali makan.
"Dia kerja."
"Bukannya laki Lo dosen di Turki? Jadi dia balik ke Turki nih? ... Lo kenapa enggak ikut? Lo enggak takut dia main gila di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Ankara S2
Romancesetelah memutuskan membatalkan taa'rufan dengan Syahida. Azzam memboyong Bibi dan Adiknya untuk pindah ke Turki. tinggal tiga setengah tahun diluar negeri, Azzam hanya menghabiskan waktunya untuk mengajar dan berkumpul dengan orang terdekatnya. hin...