bab 4 : tidak menyangka

19 0 0
                                    

"Qobiltu  Nikahaha Wa Tazwijaha Humaira Syahida Bin Muhammad Hafif ala Mahril Madzkuur Wa Radhiitu  bihi, Wallahu Waliyut Taufiq." Dengan satu tarikan nafas, Azzam berhasil melafalkan ijab kabul dengan begitu lancar di hadapan semua orang. Wajah tampannya mengukir senyum sumringah ketika mendengar kata Sah dari Arman dan para undangan.

Dia pandangi Syahida yang duduk tertunduk yang tidak jauh dari tempat dirinya mengucapkan Ijab kabul di hadapan Paman Syahida.

Syahida mengenakan baju kurung adat Melayu berwarna putih. Dia mendongakkan kepalanya sembari menghela nafas. Saat ini jantungnya sangat berdegup kencang. Tidak menyangka, kini dia sudah berstatus menjadi seorang istri.

Khulaya membimbing Syahida untuk berdiri menemui Azzam yang sudah menunggunya. Syahida duduk tepat di hadapan Azzam. Dia masih enggan memberanikan diri untuk menatap wajah pemuda yang sudah halal disentuh olehnya.

"Widih, deg-deg nih," goda Khulusi kepada Azzam. Azzam tersenyum  menyingung lengan kanan Khulusi dengan siku kirinya.

"Sya, kepalanya diangkat. Sekarang kak Azzam Suami kamu. Enggak dosa lagi," bisik Khulaya.

Syahida mendongakkan kepalanya. Bisa dengan jelas dilihatnya wajah Azzam yang sedang menatapnya. Wajah teduh itu tersenyum ke arahnya. Azzam dengan santainya mengulurkan telapak tangannya ke arah Syahida. Syahida ragu-ragu untuk menyentuh tangan Azzam. Tangannya menjadi dingin dan  bergetar. Dengan perlahan Syahidapun menyentuh tangan Azzam. Kemudian mencium punggung tangan Azzam.

Azzam mencium pucuk kepala Syahida yang dibaluti jilbab yang senada dengan baju kurungnya. Setelah itu, Khulaya dan Khulusi mengulurkan sebuah kotak berisi cincin untuk di kenakan mereka.

Azzam mengambil cincin di tangan Khulusi dan mengenakannya ke jari manis Syahida. Setelah itu, giliran Syahida yang melakukannya.  Mereka berdua berdiri. Sekali lagi, Azzam mencium Syahida. Tepatnya di dahinya. Meletakan tangan kanannya ke ubun-ubun Syahida dan mulai mengucapkan doa dalam benaknya.

"Allahumma barik li fi ahli, wa barik ahli fiya. Allahumarzuqhum minni, warzuqni minhum. Allahummajma’ bainana ma jama’ta fi khair. wa farriq bainana idza faraqta fi khair."

"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."

(Ya Allah berkahilah kehidupanku dalam keluargaku, juga berkahilah keluargaku dalam hidupku. Ya Allah berikanlah rezeki untuk keluargaku dari ku dan berikanlah rezeki untukku dari keluargaku. Ya Allah kumpulkanlah kami sebagaimana Engkau kumpulkan dalam kebaikan, juga jangan pisahkan kami kecuali dalam perpisahan yang baik.)

(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.)

                           📃📃📃

Setelah akad, mereka mengadakan resepsi kecil-kecilan di rumah kontrakan Syahida. Sebenarnya, bisa saja Azzam melakukan resepsi besar-besaran seperti resepsi pernikahan sahabatnya. Akan tetapi, itu sudah menjadi permintaan Syahida.

Resepsi mereka diakhiri dengan  Syahida dan Azzam menyalami orang tertua di keluarga mereka. Syahida terlihat mencium punggung tangan Arman sambil menangis. Syahida belum siap harus berpisah dengan Pamannya. Selama ini, Armanlah yang selalu ada untuknya. Rasa sayang yang belum pernah dia rasakan. Dia dapati dari Pamannya sebagai penganti Ayahnya.

Syahida juga menyalami Bibinya yang  terduduk di kursi roda. Memeluk Bibinya. Bibinya ikut menangis melepaskan kepergian Syahida. Dia tidak menyangka, gadis yang tidak disukainya dulu  ini mau merawatnya.

Love From Ankara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang