bab 3: Azzam senang

23 1 0
                                    

"kenapa Kak Azzam memilih saya?" tanya Syahida lagi.

Azzam diam, menundukkan kepalanya untuk sesaat. Kemudian kembali mendongakkan kepalanya sembari tersenyum tipis tanpa melihat ke gadis yang akan menjadi Istrinya nantinya jika gadis itu akan menerimanya.

"Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat." (HR. Bukhari Muslim)," ucap Azzam.

"dari Abdullah bin Amru, berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka dan janganlah pula menikahi wanita karena harta-harta mereka, karena bisa jadi hartanya menjadikan mereka sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya, seorang wanita budak berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama dari mereka." (HR Ibnu Majah)."

"Saya memilih kamu, karna saya ingin menyempurnakan separuh agama saya dengan menikahimu," sambung Azzam berucap lantang.

Ada desiran aneh dalam hati Syahida ketika mendengar penjelasan Azzam. ucapannya sangat nyaman terdengar di telinga Syahida. Haruskah dia menerima Azzam kali ini?

"Baiklah, saya bersedia menikah dengan Kak Azzam," ucapan Syahida seketika membuat suasana terasa hangat. rasa syukur dipanjatkan Bibinya Azzam. Akhirnya penantian yang lama dia tunggu terwujud juga.

"Boleh saya bertanya?" giliran Azzam yang bertanya. Syahida tidak bersuara, hanya merespon dengan anggukan.

"Apa alasan kamu menerima saya?"

"Karna saya yakin, Kak Azzam pasti bisa menjadi Imam yang baik untuk saya. Bukan sekadar tampan maupun mapan, tapi juga beriman," balas Syahida.

"Baiklah, Azzam. Syahida sudah menerimanya. Jadi, kapan kamu mau mengkhitbahnya?" tanya Ustadz Zaki.

"Tidak perlu Ustadz, saya akan langsung menikahinya saja. Lebih cepat lebih baik ," ujar Azzam membuat Syahida terkejut bukan main.

Syahida terlihat sedang memainkan kedua tangannya. Kenapa Azzam sangat ingin segera menikahinya? Syahida tidak menyangka hal ini akan begitu cepat. Dia belum ada persiapan apapun. Terlebih, saat ini dia juga harus menjaga Paman dan Bibinya di rumah.

"Maaf Kak, saya belum siap untuk sekarang ini, Paman dan Bibi saya masih membutuhkan bantuan saya."

"Bang, segitunya mau punya istri, sampai mau cepat-cepat nikahnya.. Mau ngejar apaan bang? Ngejar Kak Khulusi biar samaan punya momongan?" tanya Adam. Azzam melihat ke arah Adiknya. Adam tersenyum jahil ke arahnya.

"Anak kecil diam," ucap Adam pelan menjitak Adiknya.

"Aduh, sakit Bang," ringis Adam kesakitan.

Azzam terdiam, dia pandang Syahida yang sedari tadi hanya menunduk. Azzam mulai merasa tindakannya ini sangat terburu-buru sampai membuat Syahida tidak nyaman.

"Benar Nak, Azzam. Bibinya baru saja keluar rumah sakit. Apa bisa tunggu ... Bibinya membaik dulu?" tanya Umi Farida.

"Zam, benar yang dikatakan Istri Ustadz Zaki. Bagaimana ... kita menjenguk Bibinya Hida? Sekalian silahturahmi mengenal keluarganya Hida," ucap Fatma.

"Baiklah," balas Azzam.

Syahida bernafas lega. Akhirnya Azzam bisa menerima keputusannya. Syahida sedikit kesal dengan Azzam. Azzam yang dikenalnya dulu tidak seperti sekarang ditemuinya ini. Sosoknya dulu terlihat kalem, lain dengan yang sekarang. Tanpa berdiskusi, langsung saja mengucapkan ingin menikah secepatnya dengan dia.

Love From Ankara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang